Jakarta Tetap Diminati Turis Meskipun Macet?

Birgitta Ajeng

Penulis

Jakarta Tetap Diminati Turis Meskipun Macet?

Intisari-Online.com - Apa yang terbersit di pikiran kalau bicara soal Jakarta? Macet pasti nomor satu. Tambah lagi banjir, tidak aman, panas, dan ribet. Benarkah? Benar tapi tidak 100 persen. Faktanya, banyak hal yang bisa diceritakan tentang Jakarta yang bisa menjadi daya tarik wisata. Jakarta tetap diminati turis meskipun macet.

"Jakarta memiliki sejarah yang besar yang selalu menarik untuk diceritakan kepada para tamu," ucap Revalino Tobing, ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia atau HPI Jakarta. Pramuwisata lebih dikenal sebagai tour guide atau pemandu wisata.

Revalino yang sudah berprofesi sebagai pramuwisata selama 20 tahun ini mengungkapkan, Jakarta selalu menarik bagi wisatawan. Selain sebagai ibu kota, salah satu alasan lainnya adalah karena banyak sejarah Jakarta yang bagus dan penting untuk dikisahkan. “Monas itu kan bukan hanya bangunan yang atasnya emas tapi Monas memiliki nilai filosofi sendiri. Apalagi sejarah dan latar belakangnya kenapa Soekarno pada masa itu membangun Monas”, kata Revalino.

Lebih lanjut Revalino menekankan pentingnya para pramuwisata memiliki pengetahuan yang luas tentang daerahnya. “Sebagai ujung tombak pariwisata, itulah tugas para pemandu wisata. Kita harus bisa menjelaskan kepada para tamu sisi menarik Jakarta. Jangan macetnya doang,” ujarnya kepada Kompas.com.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik atau BPS, jumlah wisatawan mancanegara yang melancong ke Jakarta selama kurun waktu tahun 2014 di bulan Oktober tercatat 184.012 wisman. Paling banyak adalah wisatawan dari Malaysia (24.687 wisman), Tiongkok (21.622 wisman), dan Jepang (17.234 wisman). Lainnya adalah dari Singapura (14.712 wisman), Saudi Arabia (7.697 wisman), Korea Selatan (7.159 wisman), Amerika (6.352 wisman), India (5.763 wisman), Belanda (5.666 wisman) dan Australia (5.569 wisman).

Berdasarkan pengalamannya sebagai pramuwisata, lanjut Revalino, tiap wisatawan mancanegara memiliki selera masing -masing dalam berwisata. Sesuai wilayah dan karakter negaranya, Asia Tenggara misalnya, mereka senang dengan atraksi dan bersenang–senang. "Theme park (arena permainan) seperti Ancol, Dufan, termasuk Taman Safari biasanya tamu dari Malaysia dan Timur Tengah suka. Sayang lama lama harga tiket masuknya kok jadi mahal ya," kata Revalino.

Berbeda dengan Asia, wisatawan dari benua Eropa dan Amerika datang ke Jakarta ingin tahu lebih dalam tentang sejarah, budaya dan tradisi. Revalino berkata, “Ya di negara asalnya kan theme park mereka lebih bagus macam disneyland. Mereka lebih memilih museum dan kota tua”.

Revalino melanjutkan, "Satu tempat wisata yang semua wisatawan suka, dari negara mana pun pasti suka adalah Taman Mini Indonesia Indah. Kita butuh tempat seperti itu. One stop destination semua lengkap. Pengetahuan sejarah, permainan, restoran, lengkaplah semua”.

Sejauh ini Jakarta memiliki 3 pintu masuk bagi wisatawan mancaranegara yaitu Bandara Soekarno Hatta, Bandara Halim Perdanakusuma, dan Pelabuhan Tanjung Priok. Berdasarkan data olahan BPS, lamanya waktu inap bagi wisatawan asing di Jakarta adalah 1,98 hari atau mudahnya sekitar satu setengah hari. Bisa dikatakan para wisatawan asing singgah di Jakarta antara 1-3 hari.

Ke depan sebagai pramuwisata, Revalino berharap para pemangku kepentingan baik bisnis dan kebijakan mengolah pariwisata DKI Jakarta lebih serius. "Dari hal kecil seperti pengelolaan tempat wisata misalnya penjualan tiket, penjagaan, parkir, semuanya diatur biar enak dan nyaman buat tamu," katanya. Jakarta tetap diminati turis meskipun macet. Revalino berpesan, "Kita sendiri yang harus bisa memberikan nilai pada kota kita sendiri".