Debat Cawapres Viral Di Media Sosial, Ini Sejarah Debat Capres-cawapres Di Indonesia

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Saat ini debat cawapres viral di medsos. Sejarah debat capres-cawapres di Indonesia mulai pada Pelpres 2004.

Intisari-Online.com -Tagar Debat Cawapres viral di media sosial, Twitter.

Di media sosial yang sekarang dimiliki oleh Elon Musk itu, ada sekitar 19,4 ribu postingan terkait hal tersebut.

Debat cawapres kali ini adalah bagian dari rangkaian Debat Capres-cawapres yang diselenggarakan KPU menyambut Pilpres 2024.

Di luar itu, bagaimana sejarah debat capres-cawapres di Indonesia?

Kita tahu, sebagai salah satu rangkaian pemilihan presiden, debat capres-cawapres menjadi hal yang paling ditunggu oleh masyarakat.

Debat diharapkan dapat memperlihatkan visi misi calon presiden dan calon wakil presiden, termasuk penguasaan isu yang dibahas.

Momen debat tentu saja perlu dimanfaatkan untuk menarik hati rakyar agar nantinya bisa menentukan pilihan.

Berbagai materi debat dikemas dengan apik oleh masing-masing tim sukses masing-masing kubu.

Dilansir Harian Kompas edisi 21 April 2004, debat ini pertama terjadi pada Pilpres 2014.

Saat itu, untuk kali pertama dalam sejarah politik modern di Indonesia, seorang presiden dan wakil presiden akan dipilih langsung oleh rakyat.

Karena itu, perlu untuk mengenalkan visi, misi, dan program secara lisan maupun tertulis kepada masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003.

Kendala ketika itu adalah, apakah perlu diadakan debat terbuka calon presiden dan wakil presiden ataukah menggunakan peraturan lain.

Berbagai usulan masuk ke Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara.

Ada yang mengatakan agar peserta debat terbuka itu tidak harus calon presiden atau wapres, namun bisa diwakilkan pada tim kampanyenya.

Setelah KPU membuat aturan yang jelas mengenai debat terbuka, tibalah saatnya untuk calon presiden-calon wakil presiden memaparkan visi dan misinya kepada masyarakat.

Akhirnya, KPU menyetujui usulan bahwa masing-masing pasangan calon perlu menyampaikan program dan visi misinya ke publik.

Pada Pilpres 2004, terdapat lima pasangan, yaitu Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, serta Hamzah Haz-Agum Gumelar.

Ketika itu debat terbagi ke dalam dua fase.

Artinya, tak serta merta debat dilakukan secara bersama-sama oleh lima pasangan calon.

Harian Kompas yang terbit pada 2 Juli 2004 menjelaskan mengenai pembagian itu.

Pada hari pertama tanggal 30 Juni 2004, pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi tampil bersama pasangan Amien Rais-Siswono Yudo Husodo

Di hari kedua tanggal 1 Juli 2004, tampil tiga pasangan lain Hamzah Haz-Agum Gumelar, Susilo Bambang Yudhoyono- Jusuf Kalla, dan Wiranto-Salahuddin Wahid.

Bertindak sebagai moderator Ira Koesno, dengan menghadirkan beberapa panelis dan banyak penonton.

Karena ini merupakan debat yang pertama dalam sejarah perpolitikan Tanah Air, kesan yang didapat adalah masih serba canggung, tak maksimal, dan tak mencerminkan sebagai sebuah debat sesungguhnya.

Meski demikian, acara tersebut merupakan sebuah rintisan tradisi yang baik dalam kerangka menambah bobot demokratisasi di Indonesia.

Dalam debat capres tersebut, sesungguhnya peluang untuk saling mendebat amat terbuka.

Misalnya, dengan mengutarakan ketidaksetujuan pendapat yang dilontarkan pasangan capres dalam menanggapi isu yang dilontarkan panelis.

Namun praktiknya, hal tersebut tak dilakukan secara maksimal.

Respons yang diberikan satu pasangan atas jawaban pasangan lainnya kerap lebih merupakan pernyataan setuju atau tambahan atas jawaban yang telah disampaikan.

Semula kesempatan interaksi antarcalon untuk beradu argumentasi itu diharapkan bisa menunjukkan perbedaan antarpasangan calon.

Namun kenyataan tak seperti itu pada debat perdana ini.

Bahkan, panelis sempat menekankan respons atas jawaban calon lain harus disertai alasan setuju atau tidak setuju agar lebih menjelaskan jawabannya.

Ketika itu pasangan Megawati-Hasyim dan Amien-Siswono bahkan menolak ajakan moderator guna menyatakan setuju atau tidak setuju atas lontaran pendapat pasangan lawan.

Format debat KPU Awal Format yang ditentukan KPU untuk debat perdana ini hampir sama dengan berbagai berbagai stasiun televisi yang berlomba-lomba menggelar acara serupa.

Selain ada pasangan calon, ada juga moderator, beberapa panelis, serta penonton yang merupakan pendukung masing-masing pasangan calon.

Format yang ada tersebut cenderung kurang inovatif, terlampau kaku, amat formal, dan monoton.

Namun, pengalaman debat capres pertama kali yang secara resmi diselenggarakan KPU ini tentu akan menjadi referensi berharga bagi penyelenggaraan acara serupa secara lebih baik lagi.

Itulah sejarah debat capres-cawapres di Indonesia yang pertama diselenggarakan pada Pilpres 2004.

Artikel Terkait