Penulis
Intisari-Online.com -Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki motif kain batiknya masing-masing, termasuk di Sidoarjo, Jawa Timur. Salah satu kampung batik paling legendari di kota udang tersebut adalah Kampung Batik Jetis Sidoarjo yang sudah berdiri sejak 1675.
Dinamakan kampung batik Jetis karena terletak di kampung Jetis yang tidak jauh dari alun-alun Kota Sidoarjo. Lokasinya persis berada di depan Masjid Jamek atau sekarang bernama Masjid Al Abror.
Jika hendak ke sana, dari alun alun Sidoarjo, Kampung Batik ini berada di sisi selatan sekitar 10 menit perjalanan dengan kendaraan.
Legenda kampung ini tidak bisa dipisahkan dari sosok yang dikenal dengan Mbah Mulyadi. Tidak jelas dari mana latar belakangnya, tapi masyarakat sekitar percaya Mbah Mulyadi adalah seorang keturunan raja yang melarikan diri karena dikejar-kejar oleh penjajah yang menyamar sebagai pedagang.
Bersama salah seorang pengawalnya, Mbah Mulyadi menjadi pedagang di Pasar Kaget, kini dikenal dengan Pasar Jetis. Selain mengajar mengaji, di kampung ini Mbah Mulyadi juga memberikan pelatihan keterampilan membatik.
Beberapa motif khas batik Jetis Sidoarjo adalah abangan dan ijo-ijoan (gaya Madura),ada juga motif beras kutah, motif krubutan, motif buruk merak, dan lain sebagainya. Motif-motif itu biasanya didominasi oleh flora dan fauna khas Sidoarjo yang memiliki warna-warna cerah, merah, hijau, kuning, dan hitam. Jadi jangan kaget jika melihat batik khas Kampung Batik Jetis terkesan ngejreng dan mencolok mata.
Tidak hanya menjadi produsen, para pengrajin itu juga langsung menjual hasil karyanya di rumah masing-masing.
Saat ini, tidak hanya batik yang diproduksi oleh masyarakat Kampung Batik, tapijuga busana muslim. Di toko batik Murni Artis misalnya, selain kain batik, dijual gamis, kaftan dan busana muslim lainnya.
Tak hanya di rumah-rumah, batik-batik tersebut juga dikirim ke beberapa kota besar di sekitar Sidoarjo. Paling banyak ke Surabaya. Pelanggannya ada yang datang dari Jakarta, juga China.
Tak hanya membuat dan menjual, warga Kampung Batik juga membuka kelas membatik. Proses pembuatan batik, mulai awal hingga jadi bisa diikuti siapa saja. Meski demikian, kelas membatik tidak ada saban hari, tapi berdasar orderan.
“Misalnya ada rombongan satu bus mau belajar membatik, bisa saja, asal ada pemberitahuan sebelumnya,” jelas Wiwik, dari Galery Batik Tulis Amri Jaya, seperti dilansir Tribunnews.com.