Penulis
Intisari-online.com - Raden Patah adalah pendiri Kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa yang merupakan penerus dari Majapahit.
Namun, tahukah Anda siapa ibu Raden Patah dan mengapa ia dibenci oleh permaisuri Majapahit?
Ibu Raden Patah bernama Siu Ban Ci, seorang putri Cina yang menjadi selir Prabu Brawijaya, raja terakhir Majapahit.
Siu Ban Ci adalah putri dari Tan Go Hwat, seorang saudagar dan ulama Cina yang dikenal dengan nama Syekh Bantong.
Syekh Bantong adalah salah satu perintis terbentuknya Wali Songo, majelis syiar agama Islam di Jawa.
Siu Ban Ci memiliki kecantikan dan kecerdasan yang luar biasa. Ia bisa berganti rupa tiga kali dalam sehari.
Ia juga fasih berbahasa Jawa, Cina, dan Arab.
Ia sangat disayang oleh Prabu Brawijaya, yang juga tertarik dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Siu Ban Ci.
Namun, keberadaan Siu Ban Ci tidak disukai oleh permaisuri Prabu Brawijaya, yang berasal dari Campa.
Permaisuri Campa merasa cemburu dan iri dengan Siu Ban Ci, yang dianggap sebagai pesaing dalam memperebutkan hati raja.
Permaisuri Campa juga tidak suka dengan agama Islam yang dianut oleh Siu Ban Ci dan keluarganya.
Baca Juga: Penjelasan Mengenai Perbedaan Fungsi Candi Dalam Agama Hindu dan Budha
Permaisuri Campa akhirnya meminta Prabu Brawijaya untuk menjauhkan Siu Ban Ci dari istana.
Prabu Brawijaya pun mengabulkan permintaan istrinya, meskipun dengan berat hati.
Ia menghadiahkan Siu Ban Ci, yang sedang hamil anaknya, kepada putra sulungnya, Arya Damar, yang menjadi raja Palembang.
Siu Ban Ci pun dibuang ke Palembang, bersama dengan suaminya yang baru, Arya Damar.
Di sana, ia melahirkan Raden Patah, yang kemudian menjadi raja Demak. Raden Patah mewarisi darah Majapahit dari ayahnya, dan darah Cina dan Islam dari ibunya.
Ia juga mewarisi kecerdasan dan keberanian dari ibunya, yang mengajarkan kepadanya ilmu agama dan ilmu pemerintahan.
Raden Patah tumbuh menjadi seorang pemimpin yang hebat, yang berhasil mempersatukan para ulama dan raja-raja di Jawa untuk melawan penjajahan Portugis dan mengembangkan agama Islam.
Ia juga menghormati ibunya, Siu Ban Ci, yang telah mengorbankan segalanya demi anaknya.
Ia membangun makam untuk ibunya di Desa Bintoro, Demak, yang sampai sekarang masih menjadi tempat ziarah bagi umat Islam.
Itulah kisah tragis dan inspiratif dari Siu Ban Ci, ibu Raden Patah, yang merupakan keturunan Syekh Bantong.
Ia adalah seorang perempuan yang berjasa dalam sejarah Islam di Nusantara, meskipun ia harus menghadapi cobaan dan diskriminasi dari permaisuri Majapahit.