Find Us On Social Media :

Kisah Unik Seputar Biaya Kelebihan Bagasi: Saat Maskapai Menjadi Raja Tega

By Ade Sulaeman, Rabu, 29 Juli 2015 | 16:30 WIB

Kisah Unik Seputar Biaya Kelebihan Bagasi: Saat Maskapai Menjadi Raja Tega

Intisari-Online.com - Kisah mengenai biaya kelebihan bagasi selalu menarik dibicarakan. Maklum, di sisi penumpang, tentu sangat menghindarinya. Sementara maskapai sangat ‘mengharapkan’ pendapatan ekstra yang cukup besar nominalnya.

Untuk itu, berikut ini akan dipaparkan beberapa kisah unik seputar biaya kelebihan bagasi. Dimulai dari kisah maskapai yang menjadi ‘raja tega’ karena menerapkan biaya kelebihan bagasi pada alat-alat medis yang menopang hidup penumpangnya.

Kisah pertama datang dari seorang pensiunan bernama Sid Glassberg yang terbiasa membawa mesin dialis ginjal dalam penerbangan karena itu merupakan kebutuhan medis baginya. Namun pada 2007, ketika dia akan terbang dari London ke Spanyol menggunakan maskapai EasyJet, dia dia harus membayar 120 poundsterling (sekitar Rp2,5 juta) jika ingin membawa alat tersebut. Untungnya setelah kabar tentang apa yang dialaminya menyebar luas, EasyJet akhirnya meminta maaf dan mengembalikan uang Glassberg.

Sementara Mick Skee yang kehilangan kakinya akibat meningococcal septicemia pada 2006 harus membayar kaki palsu yang dibawanya pada 2008. Saat itu Skee akan terbang dari London menuju Malorca, Spanyol, menggunakan maskapai Jet2. Meski protes tentang penerapan biaya tersebut bermunculan, maskapai ini tidak mau mengalah dengan tidak meminta maaf dan mengembalikan uang Skee.

Demikian juga, pada 2006 saat British Airways menolak untuk mengizinkan atlet Paralympic Selandia Baru Kate Horan untuk membawa kaki palsunya seharga AS$10.000 (sekitar Rp135 juta) ke kabin. Horan yang sudah geram dengan sikap maskapai tersebut semakin murka ketika mengetahui kaki palsunya yang mahal tersebut sempat hilang dari bagasi pesawat selama beberapa saat.

(weirdnews.about.com)