Fenomena Kutukan Firaun Bagi Yang Berani Mengganggu Makam Kuno Di Mesir Akan Mati, Begini Kata Arkeolog

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Seorang arkeolog buka-bukaan soal kutukan Firaun bagi siapa pun yang mengganggu makam-makam kuno di Mesir akan meninggal dunia.

Intisari-Online.com -Salah satu momok yang dihadapi para peneliti makam-makam kuno di Mesir adalah Kutukan Firaun.

Menurut kutukan ini, siapa pun yang berani mengganggu makam kuno di Mesir, akan mati.

Terkait kutukan itu, seorang arkeolog, seperti dilansir Kompas.com, memberikan komentarnya.

Dia memberikanpandangannya soal "kutukan firaun" dan kenapa para peneliti atau arkeolog itu meninggal ketika meneliti makam-makam kuno itu.

Menurutnya, sebenarnya ituhanyalah kasus sederhana yang disebabkan bakteri yang menumpuk di dalam makam.

AdalahZahi Hawass, mantan menteri negara urusan barang antik Mesir, mengatakan kepada The Sun bahwa mitos kutukan itu tidak ada.

Dia memberikan saran kepada para arkeolog modern tentang cara menghindari mitos atau nasib yang buruk tersebut.

Kutukan tersebut telah lama diyakini akan menimpa siapa saja yang mengganggu sisa-sisa mumi orang Mesir kuno, termasuk orang-orang yang membuka makam Tutankhamun.

Beberapa arkeolog terkenal yang meregang nyawa setelah mengusik makam-makam itu adalahLord Carnarvon.

Dia adalah pendukung keuangan pencarian Tutankhamun, meninggal lima bulan setelah membuka makam pada 1923 akibat gigitan nyamuk yang terinfeksi saat ia bercukur.

Sedang yang lainnya termasuk pemodal Amerika George Jay Gould, meninggal karena pneumonia seusai melihat makam tersebut pada 1923.

Sir Archibald Douglass Reid juga meninggal setelah melakukan rontgen pada mumi tersebut di London.

Ada pula arkeolog Amerika James Henry Breasted yang meninggal pada 1935 karena infeksi setelah perjalanan terakhirnya ke Mesir 1935, menurut laporan Washington Post pada 2022.

Sementara, arkeolog Inggris Howard Carter meninggal 17 tahun setelah ditemukannya penyakit Hodgkin.

Meskipun media pada saat itu masih meributkan kehebohan dari adanya kutukan tersebut.

Hawass bersikeras bahwa ada alasan ilmiah di balik kematian yang terlalu cepat.

"Ketika ada mumi di dalam sebuah makam, mumi ini memiliki kuman yang tidak dapat Anda lihat. Para arkeolog di masa lalu terburu-buru masuk ke dalam makam, mereka terkena kuman dan kemudian meninggal," terangnya.

Untuk itu, Hawass mengatakan, agar dapat menghindari nasib serupa dengan meninggalkan ruangan makam yang baru dibuka selama 30 menit untuk membersihkan kuman-kuman tersebut.

"Baru dua minggu lalu saya menemukan sarkofagus tersegel, seberat 25 ton, sekitar 60 kaki di bawah tanah," jelasnya kepada The Sun.

Dia bilang, tutup sarkofagus itu beratnya sekitar enam ton.

"Dua pekerja mulai membukakannya untukku, mengangkat tutupnya, lalu saya bisa menundukkan kepalaku dan melihat apa yang ada di dalamnya. Ketika mereka membukanya, saya membiarkannya terbuka selama setengah jam sampai udara buruk keluar dan udara segar masuk dan saya menundukkan kepala dan tidak melakukan apa pun. Itulah kutukan para firaun," terang dia.

Ketika ditanya apakah kutukan itu disebabkan oleh kuman kuno, Hawass menjawab, "Tepat sekali".

Hawass menjelaskan, ketika makam Tutankhamun ditemukan, hak eksklusif diberikan kepada London Times, sehingga wartawan lain membiarkan spekulasi merajalela.

"Kemudian wartawan lainnya tidak bisa menulis apa pun. Tetapi, ketika Lord Carnarvon meninggal lima bulan setelah penemuannya, mereka menciptakan banyak cerita tentang kutukan yang tidak benar," jelas Hawass.

Artikel Terkait