Penulis
Karena wilayah dakwahnya berada di sekitar Gresik, Jawa Timur, Maulana Malik Ibrahim juga dikenal sebagai Sunan Gresik.
Intisari-Online.com -Sebagian besar masyarakat mengenalnya sebagai Maulana Malik Ibrahim.
Sebagian yang lain mengenalnya sebagai Sunan Gresik.
Keduanya adalah orang yang sama.
Lalu, dari mana dan siapakah Sunan Gresik itu?
Di kalangan Wali Songo, Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim dianggap yang paling tua.
Dia termasuk sosok pertama yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.
Salah satu putranya, yang kelak dikenal sebagai Sunan Ampel, juga sosok pendakwan kondang di Pulau Jawa.
Dalam berdakwah, Sunan Gresik dikenal sebagai sosok pemberani, juga sangat bijaksana dan tidak memaksakan ajarannya.
Hingga saat ini, asal-usul Sunan Gresik masih menjadi perdebatan di antara sejarawan.
Satu yang pasti, Maulana Malik Ibrahim adalah nama asli Sunan Gresik.
Dia dikenal sebagai Sunan Gresik karena wilayah dakwah pertamanya di Jawa adalah di Gresik, Jawa Timur.
Menurut bukuThe History of Java karangan Raffles, Sunan Gresik alias Maulana Malik Ibrahim berasal dari Arab.
Ada yang menyebut bahwa Sunan Gresik adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad, dari jalur Husain bin Ali dan Fatimah.
Sementara JP Moquette memberikan keterangan dari tulisan yang terdapat pada makam Sunan Gresik bahwa asalnya dari daerah Iran.
Ada juga yang menyamakan Sunan Gresik alias Maulana Malik Ibrahim dengan MaulanaIbrahim As-Samarkandy.
Karena nama ini, ia diduga lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada abad ke-14.
Selain itu, ada pula pendapat yang menyatakan bahwa Sunan Gresik berasal dari wilayah Magribi atau Maroko, Afrika Utara.
Karena itulah nama lain Sunan Gresik adalah Maulana Magribi.
Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik diperkirakan datang ke Gresik, Jawa Timur, pada 1404.
Sebelum sampai di Jawa, Sunan Gresik sempat singgah di Champa (sekarang Vietnam) dan menikah dengan putri Champa bernama Siti Fatimah.
Dari pernikahan itu, lahir Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri.
Dari Champa, Sunan Gresik melanjutkan perjalanan ke Pulau Jawa dan mendarat pertama kali di Desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, Kota Gresik, Jawa Timur.
Ketika Sunan Gresik mendarat, Gresik masih menjadi salah satu pelabuhan Kerajaan Majapahit yang dihuni oleh penduduk beragama Hindu dan Buddha.
Dalam berdakwah, Sunan Gresik dikenal sebagai sosok pemberani yang sangat bijaksana dan tidak memaksakan ajarannya.
Dia juga dikenal sebagai sosok yang sangat ramah.
Sifatnya yang ramah dan penuh kedamaian tidak hanya ditunjukkan pada umat Muslim, tetapi juga kepada pemeluk agama lain.
Hal itulah yang membuat Sunan Gresik dikagumi dan dihormati, bahkan oleh Raja Majapahit sekalipun.
Ketika berhadapan dengan rakyat dari golongan bawah yang pengetahuannya masih kurang, Sunan Gresik mengajar sesuai kapasitas orang tersebut agar ajarannya mudah dimengerti dan diterima.
Sunan Gresik menerapkan anjuran Nabi, bahwa Islam harus disiarkan dengan cara yang mudah, sehingga umat menjadi nyaman dan tidak terancam.
Selain menjadi guru agama, Sunan Gresik juga berdakwah dengan metode perdagangan, pertanian, dan pengobatan.
Sunan Gresik berdagang berbagai macam kebutuhan pokok, di mana ia bisa berinteraksi dan mendekati masyarakat untuk mengenalkan Islam.
Di bidang pertanian, penduduk diberi pengetahuan mengolah tanah yang baik agar hasil panen mereka meningkat.
Beberapa keterangan juga menyebut bahwa sejak kedatangannya, hasil pertanian rakyat Gresik meningkat.
Selain itu, Sunan Gresik dikenal sebagai tabib yang melayani pengobatan bagi masyarakat sekitar.
Pengobatan yang diberikan menggunakan ramuan dari bahan alami dan masyarakat tidak perlu membayar alias gratis.
Selama berdakwah, Sunan Gresik tidak hanya membimbing masyarakat untuk mengenal dan mendalami agama Islam, tetapi juga memberi pengarahan agar tingkat kehidupan penduduk menjadi lebih baik.
Seperti para wali lainnya, Sunan Gresik memiliki karomah atau anugerah dari Allah.
Salah satu karomah yang dimiliki Sunan Gresik adalah menurunkan hujan ketika rakyat terjebak kemarau panjang.
Dalam riwayat disebut bahwa Sunan Gresik melakukan salat sunah Istiqah untuk memohon hujan ketika melihat penduduk melakukan ritual memanggil hujan.
Beberapa saat setelah salat selesai dilakukan, hujan pun turun di tengah kemarau.
Wafat Selama berdakwah, Sunan Gresik membangun pondok pesantren dan Masjid Pasucian yang berada di Leran, Manyar, Gresik.
Sunan Gresik wafat pada 1419 setelah selesai membangun dan menata pondok sebagai tempat belajar agama Islam.
Makam Sunan Gresik kini terdapat di Kampung Gapura, dekat dengan alun-alun Gresik dan Masjid Jami' Gresik.