Penulis
Intisari-Online.com -Tinggal di sekitar pedagang makanan memang menyenangkan. Terlebih makanan yang dijual didominasi daging, seperti warung soto atau bakso. Jika membutuhkan lauk tak terlalu jauh. Atau, paling apes ya dengan menghirup uap masakan yang mengepul saat mereka diolah. Lumayan, air liur bisa keluar. Tinggal ambil nasi dan sambal pun terasa nikmat makannya.
(Produk Fashion Adidas dan Volcom Membuat Terbuat dari Sampah Plastik (1))
Itu kalau bicara enaknya. Namun, ada juga tidak enaknya. Apalagi kalau bukan soal limbah. Bukan limbah sisa makanan lo! Kalau ini sih penyelesaiannya gampang. Lempar saja ke kolam ikan atau dibikin kompos. Itung-itung sebagai makanan gratis buat ikan atau sebagai pupuk tanaman hias. Yang memusingkan adalah limbah tulang belulang.
Kalau mau gampang sih tinggal ditimbun dalam tanah saja tulang tadi agar tak berserakan. Masalahnya, selain capai menggali, seberapa luas lahan yang harus kita siapkan? Soalnya tulang tidak bisa terurai atau membusuk. Otomatis bertambahnya tulang membuat penimbunan tadi tidak menyelesaikan masalah.
Nah, mengapa tidak diolah saja? Sama seperti mengolah limbah sisa makanan? Mengapa tidak dijadikan tepung tulang saja? Bukankah tepung ini bisa dipakai untuk pakan ayam atau ikan?
(Bangunan di Jepang Ini Bahannya 100% dari Sampah Daur Ulang)
Nah, beginilah cara mengolah tulang menjadi tepung. Mula-mula tulang yang terlalu panjang dipotong-potong menjadi bagian-bagian yang lebih pendek. Potongan ini kemudian direbus dengan air sampai mendidih selama sekitar lima jam. Setelah itu tulang kita bersihkan dari kotoran-kotoran yang masih melekat. Biasanya berupa daging liat yang sulit dilepas. Dengan direbus, selain memudahkan membersihkan tulang, juga mengurangi baunya yang kurang sedang itu.
Setelah potongan tulang tadi terbebas dari kotoran yang melekat, jemur sampai kering. Jika sudah kering betul, tulang belulang tadi dihancurkan menjadi serpihan-serpihan yang lebih kecil. Serpihan-serpihan ini kemudian direndam dalam air kapur. Ukurannya, 100 g kapur dilarutkan dalam seliter air. Perendaman bisa dilakukan dalam drum-drum atau bak yang terbuat dari semen.
Untuk menghasilkan tepung tulang yang baik kita harus sabar merendam tulang itu selama satu sampai dua bulan. Lama memang waktu yang dibutuhkan. Setelah perendaman, serpihan-serpihan tadi kita cuci menggunakan air bersih sehingga lapisan kapurnya hilang.
Sedangkan zat perekat atau gelatinnya dipisahkan dari tulang dengan cara merebusnya. Perebusan dilakukan bertahap. Pertama berlangsung selama empat hingga lima jam pada temperatur sekitar 60o C, kemudian empat jam pada temperatur 70o C. Terakhir direbus pada temperatur 100o C selama lima sampai enam jam. Jangan buang air bekas rebusan ini. Tampung saja dalam sebuah wadah. Soalnya dari sini bisa diambil gelatinnya.
(Panda Makan Sampah, Netizen pun Marah-marah)
Tulang yang telah terpisah dari cairan gelatin tadi kemudian dikeringkan dalam ruangan bertemperatur 100o C. Setelah betul-betul kering, tulang kemudian dilumatkan menggunakan mesin penggiling atau mesin penumbuk. Maka, jadilah tepung tulang itu! Dari bahan ini kita bisa membuat campuran makanan ayam atau ikan yang bermutu tinggi.
Benar sekali bahwa dibutuhkan ketekunan dan waktu yang cukup lama karena begitu rumit. Akan tetapi, kerumitan tadi tidak seberapa nilainya jika dibandingkan dengan manfaat yang didapatkan. Selain bisa menambah penghasilan dengan menjual tepung ke peternak ayam atau ikan, lingkungan kita juga bebas dari bau anyir tulang yang belum terolah.
Jadi , tulang tak menjadi pengalang untuk mendapatkan uang.