Bahan Bakar Biji Bintaro

Agus Surono

Penulis

Bahan Bakar Biji Bintaro

Bintaro, sama seperti Menteng dan Gandaria, diambil dari nama pohon. Pohon ini sekarang banyak ditanam di pinggir tol atau wilayah perumahan. Buahnya mirip buah mangga. Berhubung beracun, maka buah ini dibuang begitu saja. Nah, hasil penelitian dari Fateta IPB ternyata buah bintaro bisa dijadikan bahan bakar alternatif.

Dibandingkan dengan biji jarak, ternyata biji bintaro memiliki kadar minyak yang jauh lebih tinggi. Melalui beberapa tahap pengolahan, 1 kg minyak bisa dihasilkan dari 1,8 kg biji bintaro yang sudah kering. Minyak yang dihasilkan masih termasuk minyak kasar berwarna hitam. Minyak ini dapat digunakan sebagai pengganti minyak tanah untuk kompor. Hasil uji toksisitas dari getah buah menunjukkan minyak bintaro layak digunakan sebagai bahan bakar. Bau, asap, dan residu lainnya tergolong aman.

Buah bintaro terdiri atas 8% biji dan 92% daging buah. Bijinya sendiri terbagi dalam cangkang 14% dan daging biji 86%. Biji bintaro mengandung minyak antara 35-50% (bandingkan dengan biji jarak yang 14% dan kelapa sawit 20%). Semakin kering biji bintaro semakin banyak kandungan minyaknya. Minyak ini termasuk jenis minyak nonpangan, diantaranya asam palmitat (22,1%), asam stearat (6,9%), asam oleat (54,3%), dan asam linoleat (16,7%).

Proses pengolahan buah bintaro menjadi minyak terhitung cepat dan mudah. Bahkan warga Teluk Meranti sudah bisa melakukannya di rumah. Jika Anda tinggal di daerah yang banyak ditumbuhi pohon bintaro (Cerbera manghas), Anda pun bisa mencobanya sendiri. Berikut beberapa langkahnya:

Hanya saja, untuk bisa digunakan sebagai pengganti minyak diesel untuk genset atau minyak tanah untuk kompor harus dilakukan modifikasi. Soalnya, tampilan minyak bintaro mirip oli kendaraan dengan kekentalan sekitar 30 poin (minyak tanah memiliki kekentalan sebesar 5 poin).

Untuk genset harus dilakukan pemancingan dengan solar sebab injector yang ada di genset peruntukkannya untuk solar. Genset diberi tambahan tangki penampungan minyak bintaro di salah satu sisinya. Pertama-tama genset masih tetap membutuhkan solar sebagai pemancing. Selang dua menit kemudian barulah peran solar digantikan oleh minyak bintaro. Saat genset hendak dimatikan, minyak bintaro kembali digantikan oleh solar.

Pada kompor, ruang pembakaran dimodifikasi sehingga kekentalan minyak sudah turun pada saat keluar dan terbakar. Bila suhunya dipanaskan, maka tingkat kekentalan minyak bintaro akan turun dan mirip dengan minyak tanah. Bila tingkat kekentalannya tidak diturunkan maka api akan muncul dengan disertai letupan-letupan kecil.

Mau mencoba?