Find Us On Social Media :

Sepeda Boris, Ikon Baru Kota London

By Agus Surono, Selasa, 2 Agustus 2011 | 15:00 WIB

Sepeda Boris, Ikon Baru Kota London

Bukan walikota biasa. Itulah Alexander Boris de Pfeffel Johnson (47), walikota London yang seorang penggowes sejati. Bukan penggowes seremoni. Sudah biasa baginya mendatangi sebuah acara dengan keringat bercucuran. Kini ia menciptakan ikon baru Kota London: sepeda boris.Nama resminya Barclay's Cycle Hire, tapi orang-orang terbiasa menyebutnya Boris's Bike atau Sepeda Boris. Nama itu diambil dari sang pencetus, Boris Johnson, Walikota London. Sepeda Boris kini menjadi moda transportasi umum nan populer di ibukota Inggris. Derajatnya sama dengan moda transportasi lain seperti bus, taksi, atau kereta api. Tentu saja ini bukan ide orisinal. Johnson pun mengakui, terilhami dari sistem transportasi Velib di Paris, tempat sepeda menjadi pilihan dalam melakukan perjalanan-perjalanan jarak pendek di dalam kota. Dengan sepeda Boris ingin mengurangi kepadatan lalu-lintas, mengurangi kebisingan, serta polusi. Sejak menjabat pada 2008, Johnson memang punya mimpi membangun sistem transportasi publik yang dapat meningkatkan kualitas hidup warga, tertuang dalam manifesto "Getting Londoners Moving". "Kebijakan saya adalah agar perjalanan para komuter menjadi lebih cepat dan dapat diandalkan," kata politisi yang bekas wartawan ini.Pada 30 Juli 2010, 5.000 unit Sepeda Boris mulai meluncur, menjangkau areal seluas 44 km2 di pusat kota London dan sekitarnya, dengan 315 stasiun penyimpanan. Kebetulan penduduk London sendiri sudah terbiasa ber-gowes-ria, jadi inisiatif ini mendapat sambutan positif. Sepuluh minggu saja, lebih dari 90.000 orang anggota mendaftar dengan total satu juta perjalanan.Desain sepeda yang dipakai proyek ini tergolong istimewa, kokoh, dengan warna keabuan, berbalut cat kombinasi hitam dan biru. Kenyamanan dan keamanan penggunanya jadi prioritas utama, dengan lapisan ban antibocor, rem pada kedua poros roda, tiga tingkat kecepatan gigi, serta lampu depan dan samping yang otomatis menyala saat sepeda digunakan.Masih tekorUntuk menggunakan sepeda ini harus mendaftar dulu secara online, lalu membeli access fee seharga £ 1 (sekitar Rp 14.000,-) untuk pemakaian per hari, £ 5 per minggu atau £ 45 per tahun. Setiap anggota akan mendapat kunci elektronik untuk mengeluarkan sepeda dari parkiran. Masukkan nomor PIN atau kunci elektronik pada panel tempat parkiran sepeda, tunggu beberapa saat hingga lampu hijau pada panel menyala, lalu tarik sepeda keluar. Silakan bersepeda menjelajah kota London sepuasnya, namun jangan sampai melebihi waktu access fee karena bisa kena denda. Selain access fee, pengguna juga harus membayar usage fee sesuai jam pemakaian. Tapi cara ini bisa diakali, dengan memanfaatkan fasilitas bebas biaya pemakaian 30 menit pertama. Sebelum batas waktu gratis itu habis, ganti sepeda pada stasiun berikutnya, dan pemakaian dihitung dari nol menit kembali. Namun, di lapangan praktiknya belum tentu mulus. Kerap terjadi stasiun penyimpanan penuh sehingga tidak tersedia parkiran, atau tidak ada sepeda pengganti karena banyak yang rusak. Walhasil, pengendara harus melanjutkan perjalanan untuk berganti sepeda di stasiun berikutnya.Tips berganti sepeda juga dapat menekan biaya pemakaian. Pasalnya usage fee bertambah mahal seiring lamanya waktu pemakaian. Gambarannya, biaya pemakaian 30 menit kedua sebesar £ 1, pemakaian 30 menit berikutnya £ 4, tambahan 30 menit lagi £ 6, lalu melonjak hingga £ 10 untuk 30 menit selanjutnya.Juga harus diingat, saat mengembalikan sepeda ke parkiran, tunggu sampai lampu merah pada panel menyala untuk meyakinkan sepeda telah terkunci. Guna menghindari risiko sepeda hilang, yang dendanya akan dibebankan pada tagihan Anda.Sementara ini, operasional Sepeda Boris diakui masih tekor. Tiga bulan pertama, mayoritas pemasukan bukan berasal dari biaya access fee, sebab sekitar 95% perjalanan dilakukan selama kurang dari 30 menit alias bebas usage fee. Rata-rata pemasukan dari biaya pemakaian hanya sebesar £3,370 per hari, sungguh jauh dari harapan. Padahal menurut pihak Transport of London, dalam enam bulan masa operasinya, rata-rata dua dari tiga sepeda mengalami kerusakan. Belum kerusakan fasilitas lain seperti mesin terminal dan tempat parkir.KeluhanMeski mendapat banyak pujian dan penghargaan seperti Brit Insurance Design Award, sepeda boris tak lepas dari keluhan. bobot sepeda yang 23 kg itu dirasa cukup berat. Atau soal buruknya pelayanan: parkiran yang penuh, sepeda rusak, tagihan yang tidak sesuai pemakaian, dan mesin terminal yang tak berfungsi. Sindiran sampai cacian itu bisa kita baca di Twitter, seperti: "Sepeda Boris membuat saya bisa lebih banyak melihat London, sebab saya dibuat berjalan kaki berjam-jam mencari mesin terminal yang tak rusak atau stasiun yang berisi sepeda." Atau, "Mendapat tagihan £50 untuk pemakaian sepeda selama satu hari! Luar biasa. Lain kali, saya akan menyetir saja." Belum lagi layanan situs atau call center yang bermasalah, seperti pesan error saat anggota hendak login atau mendaftar dan kata sandi yang tak berfungsi. Johnson tak mengelak bahwa persoalan teknis dan perangkat lunak sistem komputerisasi menjadi kendala utama dalam proyek ini. "Namun saya yakin rencana ini akan menuai kesuksesan dalam jangka panjang," ujarnya optimistik.Makanya, ia merencanakan proyek ini akan terus diperluas dan baru rampung enam tahun dengan total anggaran £ 140 juta, di luar biaya operasional. Setahun ke depan, atau menjelang Olimpiade 2012 di London, diharapkan sudah tersedia 8.000 unit sepeda, berikut tambahan sekitar 4.000 tempat penyimpanan. Penggunanya juga terus bertambah. Sembilan bulan setelah beroperasi, tercatat ada lebih dari 2,8 juta perjalanan. Kapan Jakarta dan kota lain di Indonesia menerapkan sistem seperti ini ya? (Sumber: Intisari Juli 2011)