Penulis
Berbicara tentang sejarah negara Israel artinya berbicara tentang konflik berkepanjangan yang berdarah-darah selama ratusan tahun.
Intisari-Online.com -Berbicara tentang sejarah negara Israel artinya berbicara tentang konflik yang berkepanjangan yang kompleks.
Berbicara tentang sejarah negara Israel artinya berbicara tentang pertumpahan darah yang terjadi selama puluhan bahkan ratusan tahun.
Lalu bagaimana sejarah negara Israel hingga akhirnya dideklarasikan pada Mei 1948?
Secara umum, Israel merupakan negara kecil yang ada di Timur Tengah sekarang.
Negara ini cuma seukuran New Jersey di Amerika Serikat, terletak di pantai timur Laut Mediterania dan berbatasan dengan Mesir, Yordania, Lebanon, dan Suriah.
Populasi bangsa Israel saat ini lebih dari 9 juta orang, kebanyakan mereka adalah Yahudi.
Di Israel terdapat banyak situs arkeologis dan keagamaan penting yang dianggap suci oleh orang Yahudi, Muslim, dan Kristen.
Seperti disebut di awal, sejarah negara Israel ini kompleks dengan periode damai dan konflik dengan bangsa Arab hingga hari ini.
Sejarah awal Israel
Israel pertama kali muncul menjelang akhir abad ke-13 SM di dalam Prasasti Merneptah Mesir, yang merujuk pada suatu bangsa di wilayah yang saat itu disebut Kanaan.
Beberapa abad kemudian di wilayah itu, terdapat dua kerajaan bersaudara, yaitu Israel dan Yehuda (asal istilah Yahudi).
Raja Daud dan Raja Solomon
Raja Daud memerintah wilayah Kanaan sekitar 1000 SM.
Di pemerintahan selanjutnya digantikan oleh putranya, Raja Solomon atau dalam Islam disebut Sulaiman (970 - 931 SM).
Di bawah pemerintahannya, Raja Sulaiman membangun kuil suci pertama di Yerusalem kuno.
Pada sekitar 931 SM, wilayah Kanaan itu dibagi menjadi dua kerajaan: Israel di utara dan Yehuda di selatan.
Kerajaan Israel dan Yehuda
Mengutip The Conversation (2021), sekitar 722 SM, kerajaan Israel ditaklukkan oleh kerajaan Asyur, yang berpusat di wilayah yang sekarang disebut Irak.
Sebagai istilah geografis kuno, praktis "Israel" tidak ada lagi.
Kurang dari satu abad kemudian, kerajaan Yehuda digulingkan oleh bangsa Babilonia.
Ibu kotanya Yerusalem dijarah, kuil suci Yahudi dihancurkan dan banyak penduduk Yehuda diasingkan ke Babilonia.
Setelah pengasingan berakhir kurang dari 50 tahun kemudian, wilayah bekas kerajaan Yehuda menjadi jantung Yudaisme selama hampir 7 abad.
Kuil suci Yahudi sempat dibangun kembali, dihancurkan lagi pada 70 M, oleh orang Romawi.
Palestina
Pada 135 M, setelah pemberontakan Yahudi gagal, Kaisar Romawi Hadrian mengusir orang-orang Yahudi dari Yerusalem dan memutuskan bahwa kota dan wilayah sekitarnya menjadi bagian dari entitas yang lebih besar yang disebut Suriah-Palestina.
Nama Palestina diambil dari wilayah pesisir bangsa Filistin kuno, musuh musuh Bani Israil, nenek moyang orang Yahudi.
Setelah penaklukan Islam di Timur Tengah pada abad ke-7, orang-orang Arab mulai menetap di wilayah Palestina kuno.
Setelah sekitar 90 tahun di bawah dominasi Tentara Salib, tanah Palestina itu jatuh di bawah kendali Muslim hanya di bawah 1.200 tahun.
Zionisme dan kontrol Inggris
Pada paruh kedua abad ke-19, kerinduan lama orang-orang Yahudi yang tersebar di seluruh dunia untuk kembali ke wilayah nenek moyang mereka memuncak dalam gerakan nasionalisme yang disebut Zionisme.
Penyebab Zionis itu didorong oleh kebencian yang meningkat tajam terhadap orang-orang Yahudi di Eropa dan Rusia.
Orang-orang Yahudi yang berimigrasi bertemu dengan penduduk yang didominasi orang Arab, yang juga menganggapnya sebagai tanah air leluhur mereka.
Dari tahun 1517 hingga 1917, wilayah yang sekarang disebut Israel, bersama dengan sebagian besar Timur Tengah, diperintah oleh Kekaisaran Ottoman.
Namun Perang Dunia I secara dramatis mengubah lanskap geopolitik di Timur Tengah.
Pada 1917, tanah itu berada di bawah kekuasaan Inggris.
Mengutip History (2021), pada tahun itu terjadi puncak perang dan Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour mengajukan letter of intent yang mendukung pendirian tanah air Yahudi di Palestina.
Pemerintah Inggris berharap bahwa deklarasi formal, yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour, diharapkan mendorong dukungan bagi Sekutu dalam Perang Dunia I.
Ketika Perang Dunia I berakhir pada 1918 dengan kemenangan Sekutu, kekuasaan Kekaisaran Ottoman selama 400 tahun berakhir.
Alhasil, Inggris mengambil alih kendali atas wilayah yang dikenal sebagai Palestina (Israel modern, Palestina saat ini, dan Yordania).
Negara Israel
Para pemimpin Zionis berusaha keras meningkatkan jumlah Yahudi untuk memperkuat klaim kenegaraan, tetapi pada 1939 Inggris masih sangat membatasi imigrasi Yahudi.
Pada akhirnya, proyek Zionis berhasil karena kengerian global dalam menanggapi Holocaust.
Pada November 1947, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi 181 atau Rencana Pembagian Palestina, membagi tanah menjadi "Negara Arab dan Yahudi Merdeka".
Resolusi 181 itu langsung mendapat penolakan orang Arab. Pada 14 Mei 1948, para pemimpin Zionis mendeklarasikan berdirinya negara Israel.
Perang kemerdekaan dan Al-Nakba
Negara Yahudi yang baru itu segera diserbu oleh tentara beberapa negara Arab, bersama militan Palestina.
Dalam pertempuran itu Palestina telah kehilangan hampir empat perlima wilayah dari jatah PBB mereka.
Tujuh ratus ribu dari warga Palestina telah diusir dari rumah mereka, tanpa hak untuk kembali hingga hari ini.
Bagi orang Yahudi Israel, ini dikenal sebagai “Perang Kemerdekaan”.
Bagi orang Palestina, itu adalah al-Nakba atau Bencana.
Pada 15 November 1988, Dewan Nasional Palestina mengeluarkan deklarasi kemerdekaan, yang diakui sebulan kemudian oleh Majelis Umum PBB.
Sekitar tiga perempat dari keanggotaan PBB sekarang menerima status negara Palestina, sebagai pengamat non-anggota.
Sementara itu, perang antara negara Israel dan Palestina terus berlanjut hingga hari ini memperebutkan wilayah yang diklaim masing-masing.
Sepanjang konflik Israel-Palestina, lebih banyak orang Palestina daripada orang Yahudi Israel yang terbunuh dan terluka, sebagian karena kemampuan militer Israel yang canggih.