Penulis
Intisari-Online.com – Sebenarnya sudah sejak lama beberapa ahli kesehatan mulai prihatin tentang pencemaran udara dalam ruangan. Akan tetapi kita belum menyadari benar, betapa berbahayanya menghirup udara tercemar setiap hari selama bertahun-tahun tanpa usaha pencegahan sama sekali. Bahaya ini memang tidak langsung tembak mati, tapi pelan-pelan kesehatan kita terganggu. Sebentar-sebentar pusing, sebentar-sebentar mual. Sesudah diobati dengan obat pusing dan obat mual, memang hilang, tapi tak lama kemudian kambuh lagi. Berapa lama lagi kita harus minum obat pusing semacam itu?
Gangguan ini akan menjadi kronis kalau kita membiarkan pencemaran dalam ruangan itu berjalan terus, hanya karena kita tidak mau peduli terhadap kesegaran lingkungan.
Padahal kita sadar, banyak dari kita sebagian besar waktu habis di dalam ruangan. Dari kamar tidur malam hari, ke ruangan kantor (sekolah atau ruang kuliah) dan restoran atau kantin pengap, sampai ke ruang pertemuan dan ruang tamu rumah sendiri, untuk masuk ke kamar tidur lagi.
Pencemar ruangan yang paling akrab kita kenal ialah asap rokok. Menyadari bahwa kebiasaan merokok tidak mungkin ditinggalkan, di beberapa negara maju yang rakyatnya sudah peduli lingkungan disediakan tempat khusus bagi para perokok yang berkunjung ke tempat umum, seperti restoran, ruang tunggu kantor, lobi hotel. Tindakan bagus ini patut diteladani, walaupun ada yang masih risi melihat diskriminasi tempat. Para perokok seolah-olah dilarang merokok di kawasan non-smoking area.
Beberapa maskapai penerbangan pernah mengambil kebijakan, para penumpang bukan perokok disediakan tempat yang nyaman di bagian depan dan tengah pesawat, sedangkan para perokok diberi tempat di bagian ekor. Namun sekarang kebijakan itu dihapus. Semua penumpang tanpa kecuali dilarang merokok sama sekali selama berada dalam kabin yang ber-AC.
Di negara kita, kadang ada restoran dan tempat umum yang menyediakan tempat pengasingan semacam itu, tapi kadang juga tidak. Untuk menghindarkan diri dari pencemar ruangan ini, sebaiknya kita membiasakan diri untuk duduk di kawasan non-smoking area, kalau kita memang bukan perokok.
Pencemar ruangan kedua ialah udara pengap dalam kamar tidur, kamar kecil, dan kabin mobil yang tidak diberi kesempatan untuk bertukar dengan udara luar yang segar, karena tidak ada waktu.
Pagi mobil dipakai segera, dan ditutup terus jendelanya karena AC-nya dijalankan. Lalu ia diparkir. Juga ditutup rapat, karena kita tidak percaya pada tukang parkir yang lazimnya merasa tidak wajib menjaga keamanan mobil terhadap pencoleng isi mobil; tapi sibuk terus membagikan karcis di pintu masuk, atau memungut karcis dan uang di pintu keluar.Ketika mobil kita kembali ke rumah, biasanya sudah sore dan tidak sempat dibuka kabinnya untuk diangin-anginkan, karena kita sudah capek.
Ruangan mobil ber-AC memang tidak begitu merisaukan kalau mobil itu masih baru, dan karet-karet penyekatnya masih utuh. Tetapi mobil lansia yang karet penyekatnya sudah bocor, kabin ber-AC-nya bisa kemasukan udara tercemar dari luar, buangan sesama mobil yang macet total. Gas yang tersekap ini tidak mau keluar lagi, tapi malah diedarkan oleh AC ke semua lubang hidung para penumpang.
Untuk menetralkan pengaruh pencemar ruangan ini, kita perlu setiap hari pergi ke lapangan terbuka yang udaranya bersih, atau ke sudut kebun rumah sendiri, lalu menghirup udara bersih sebanyak-banyaknya. Paling menguntungkan kalau ini dilakukan pagi hari, ketika udara belum tercemar oleh gas buangan kendaraan bermotor. (Intisari)