8 Langkah Menuju Ekonomi Hijau

Rusman Nurjaman

Penulis

8 Langkah Menuju Ekonomi Hijau

Intisari-Online.com - Pendapat yang mengatakan pembangunan ekonomi dianggap berseberangan dengan keutuhan ekosistem barangkali sudah waktunya direvisi. Beberapa kasus yang menunjukkan dinamika kehidupan di masyarakat membuktikan hal tersebut. Ekonomi yang baik bakal membawa kemaslahatan untuk keberlanjutan ekosistem. Begitulah kira-kira prinsip yang melandasi ekonomi hijau.

Isu ekonomi hijau sudah bergulir setidaknya sejak lima tahun belakangan. Terakhir ekonomi hijau menjadi salah satu isu seksi dalam pertemuan Rio-20. Juga di pertemuan menteri-menteri negara anggota APEC.

Namun, lagi-lagi setiap solusi sebuah permasalahan tidak cukup sebatas diwacanakan. Wacana memang penting sebagai upaya sosialisasi dan penyadaran. Tapi bagaimana menerjemahkan ide tersebut dalam keseharian merupakan hal yang juga tak kalah penting. Di sinilah kita butuh semacam rumusan agar ekonomi hijau melibatkan setiap pribadi. Artinya, gaya dan pola hidup pribadi juga perlu diubah. Setiap keputusan yang dibuat dan pilihan-pilihan masa depan yang ditempuh memberi andil bagi terwujudnya tatanan ekonomi hijau.

Berikut adalah langkah-langkah yang bisa ditempuh setiap pihak untuk mendorong perubahan.

  1. Membangun komunitas yang berkelanjutan.Komunitas seperti ini memungkinkan setiap anggotanya mengurangi dampak terhadap lingkungan. Misalnya, dengan mengembangkan hutan bakau, beralih ke model bertani permakultur, dan menggunakan sumber energi tenaga matahari.Investasi yang bertanggung jawab secara sosial.

    Investaasi model ini memungkinkan investor menaruh uang di perusahaan yang terlibat secara dalam praktik usaha berkelanjutan.

  2. Emisi karbon lebih rendah.Salah satu penyebab perubahan iklim yang cukup dominan adalah gas buang (emisi karbon). Dibanding era pra-industri, tingkat CO2 kini meningkat hingga 37 persen. Karena itu, upaya aktif melawan kecenderungan ini perlu dicontoh. Misalnya, Kosta Rika berjanji untuk menekan emisi karbon hingga netto nol sebelum 2030.

  3. Tenaga angin.Angin merupakan salah satu sumber energi terbarukan. Penggunaannya meningkat hingga 27 persen antara tahun 2006 dan 2007. Dua negara terbesar yang menggunakan tenaga angin sebagai pasokan energi adalah Jerman dan Amerika Serikat.

  4. Tenaga matahari.Penggunaan energi matahari terus meningkat dari tahun ke tahun. Penemuan sel fotovoltaik (PV) memungkinkan proses itu. Pada 2007 produksinya tumbuh 51 persen. Saat ini, Jerman masih merupakan negara yang paling banyak mengoptimalkan penggunaan energi matahari dalam bentuk PV.

  5. Bola lampu yang lebih hijau.Untuk penerangan, pakailah lampu compact fluorescent lamp (CFL). Bola lampu hijau ini menciptakan lebih sedikit panas serta menggunakan energi 75 persen lebih sedikit, dan 10 kali lebih tahan lama dibanding lampu biasa.

  6. Produksi ternak yang aman.Kota Bangkok, Thailand, merupakan salah satu kota yang mengenakan pajak bagi setiap peternakan unggas yang berada dalam jarak 10 km dari kota. Alasannya, peternakan dekat pusat perkotaan dapat meningkatkan penjangkitan penyakit dan mensyaratkan pengiriman limbah ternak ke daerah pedesaan.

  7. Sertifikasi hutan.Pembalakan liar terus berlangsung. Luas hutan pun kian menyempit. Untuk mencegah laju penggundulan hutan yang kian masif, beberapa negara membuat aturan hutan bersertifikat. Pemanenannya diatur agar tak merusak keutuhan ekosistem hutan. Hingga saat ini, 7 persen hutan di dunia telah bersertifikasi. Dari jumlah itu, Kanada merupakan penyumbang terbesar hutan bersertifikasi, yaitu 121 juta hektar.

  8. Ketenagakerjaan hijau.Sekitar 2,3 juta orang di seluruh dunia bekerja dalam industri energi terbarukan. Beberaoa negara Utara memimpin dunia dalam perkembangan teknologi dan pekerjaan terbarukan. Kini perkembangannya beralih ke negara-negara Selatan. India, misalnya, mulai memproduksi turbin angin secara besar-besaran. Sementara Kenya tercatat mempunyai pasar tenaga matahari yang paling diperhitungkan. (Dari pelbagai sumber)