Find Us On Social Media :

Dampak Membakar Sampah Asal-asalan

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 26 Desember 2012 | 07:00 WIB

Dampak Membakar Sampah Asal-asalan

Intisari-Online.com – Jakarta termasuk kota yang menghadapi masalah sampah. Untuk membantu memecahkan masalah, beberapa warga mencoba membakar sampah mereka sendiri. Namun, cara ini ternyata menimbulkan masalah lain, yang mengganggu kesehatan.

Pembakaran yang bersih hanya bisa dilakukan dalam api panas dan suplai oksigen yang cukup. Padahal, pada pembakaran sampah yang umum dilakukan, yakni sampah dalam tumpukan, hanya bagian luar yang mendapat cukup oksigen untuk menghasilkan CO2. Sementara bagian dalam, karena kekurangan suplai O2, akan menghasilkan karbonmonoksida (CO). Satu ton sampah akan menghasilkan sekitar 30 kg CO.

CO adalah gas yang mampu membunuh orang secara massal. Bila dihirup, gas ini akan berikatan sangat kuat dengan hemoglobin darah. Akibatnya, hemoglobin yang semestinya mengangkut dan mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh akan terganggu. Tubuh akan kekurangan O2 dan menimbulkan kematian.

Masalah lain dari sampah organik adalah kelembapannya. Sampah basah mengakibatkan partikel-partikel yang tak terbakar beterbangan, juga berakibat terjadi reaksi yang menghasilkan hidrokarbon berbahaya. Partikel-partikel yang tak terbakar akan terlihat sebagai awan dalam asap.

Dari 1 ton sampah kira-kira dihasilkan 9 kg partikel padat yang tak terbakar berupa asap cokelat. Sebagian partikel akan terhisap masuk paru-paru, karena mekanisme penyaringan dalam hidung kita tak mampu menyaringnya.

Hidrokarbon berbahaya, senyawa penyebab iritasi seperti asam cuka, serta senyawa penyebab kanker seperti benzopirena, juga mungkin dihasilkan. Suatu studi menyimpulkan, asap dari pembakaran sampah mengandung benzopirena 350 kali lebih besar dari asap rokok. Telah kita kenal dengan baik, perokok pasif pun dapat berisiko kanker gara-gara asap rokok orang-orang di sekitarnya. Lebih berbahaya kalau Anda menderita asma, infeksi paru-paru, atau bronkitis kronis. Anak-anak akan lebih menderita lagi, karena mereka menghirup jumlah udara per satuan berat badannya lebih besar daripada orang dewasa dan juga karena perbedaan struktur paru-parunya.

Yang lebih parah, bila sampah organik bercampur dengan bahan-bahan sintetis. PVC dalam pembungkus kabel, kulit sintetis, dan lantai vinil misalnya, mengandung senyawa berbahaya yang mengandung klor. Pembakaran bahan tersebut akan menghasilkan gas HCl yang korosif. Celakanya, pembakaran dengan suhu kurang dari 1.100oC, pun akan menghasilakn dioksin – zat sebagai racun tumbukan (herbisida). Selain itu mungkin pula dihasilkan fosgen, yang dikenal sebagai racun yang digunakan pada PD I. Tercatat 75 racun lain yang telah dikenal dalam hasil pembakaran sampah yang mengandung klor.

Bahan sintetis yang mengandung nitrogen akan menghasilkan senyawa berbahaya lain. Nitrogen terdapat dalam bahan sintetis seperti nilon, dan busa poliuretan seperti yang terdapat dalam matras, sofa, dan karpet yang berbusa. Sebaliknya, pembakaran sampah basah pada suhu kurang dari 600oC pun akan dihasilkan isosianat. Senyawa ini terkenal karena menyebabkan kecelakaan mengenaskan di Bhopal beberapa tahun silam.

Bahkan, membakar potongan kayu dapat membahayakan, karena akan menghasilkan senyawa yang mengakibatkan kanker, formaldehide. Sementara, melamin dapat menghasilkan formaldehida bila dibakar dengan suplai oksigen banyak, atau menghasilkan HCN bila suplai oksigen kurang.

Untuk mengurangi polusi udara, mungkin kita perlu memilah-milah sampah yang akan dibakar, atau seminimal mungkin membakarnya. (Intisari)