Find Us On Social Media :

Sampah Visual (4): Beriklan Kreatif dengan Ambient Media

By J.B. Satrio Nugroho, Minggu, 4 Agustus 2013 | 12:00 WIB

Sampah Visual (4): Beriklan Kreatif dengan Ambient Media

Intisari-Online.com - Menurut Sumbo Tinarbuko, Dosen Komunikasi Visual ISI Yogyakarta, sejatinya konsep beriklan lewat reklame sudah tidak efektif semenjak munculnya budaya layar. Di tengah kemacetan, orang tidak lagi mengamati billboard, namun layar gadget-nya. Lain itu, pada zaman sekarang ini, iklan tidak lagi berat kepada sisi artistik dan komunikasinya, tapi lebih ke sisi persepsi atau daya pemahaman seseorang atas pesan yang disampaikan.Oleh karena itu, seperti dijelaskan Sumbo, iklan paling efektif tetaplah yang berbasis dari mulut ke mulut. Dengan pendekatan itu, media massif macam papan reklame atau iklan di televisi dan media cetak berfungsi sebagai pengingat saja.Salah satu jenis presentasi iklan yang bisa dibilang kreatif dan berhasil menarik perhatian orang adalah model ambient media. Ini adalah sebuah cara beriklan yang memanfaatkan benda di sebuah tempat atau lingkungan tertentu tanpa mengubah fungsi aslinya.

 

Iklan makanan cokelat yang diintegrasikan dengan bangku taman (cpb.co.uk)

Sebuah iklan film yang dipresentasikan secara kreatif, tanpa merusak lingkungan sekitar secara visual. (nisolutions.org)

Sebuah iklan pisau dapur di pintu lift. (ibelieveinadv.com) 

Iklan obat kutu anjing yang ditempel di lantai sebuah pusat perbelanjaan (

Kunci sukses ambient media adalah pada pemilihan format media yang tersedia dikombinasikan dengan pesan yang akan disampaikan secara efektif. Menurut Sumbo, iklan semacam ini membutuhkan kecerdasan visual yang bisa dikembangkan dengan terbiasa berpikir out of the box, bukan melulu membuat iklan di papan reklame.

Kreativitas tentu tidak gratis juga. Sayangnya, seperti dituturkan Sumbo, kebanyakan pemilik modal dan pemasang iklan di Indonesia hanya ingin desain iklan yang bagus tapi tidak mau keluar duit banyak. “Yang terjadi posisi tawar orang kreatif periklanan jadi rendah, sampai akhirnya tidak peduli dengan kreativitas, yang penting keuangan terselamatkan,” kata Sumbo masygul.

Ketidaktegasan pemerintah dalam mengatur dan mengontrol iklan luar ruang juga menjadi penyebab turunnya kreativitas  dalam beriklan. Padahal, dengan pembatasan iklan, kreativitas justru akan terpacu. Contohnya adalah iklan rokok. Aturannya tidak boleh terlihat aktivitas merokok, maka yang terjadi adalah iklan kreatif.