Penulis
Intisari-online.com - Mayor Munawar adalah salah satu tokoh militer yang terlibat dalam pemberontakan eks batalyon 426.
Ia mendukung gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pada tahun 1953.
Sebelumnya adalah komandan batalyon Sunan Bintoro, nama lain dari batalyon 426, yang bermarkas di Dayu, Jawa Tengah.
Batalyon Sunan Bintoro adalah salah satu batalyon yang dibentuk oleh Hizbullah, organisasi sayap militer Masyumi, pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia.
Batalyon ini terdiri dari para pejuang Islam yang berideologi radikal dan anti-komunis.
Mereka berperang melawan Belanda, Jepang, dan Republik Indonesia Serikat (RIS).
Pada tahun 1950, setelah RIS dibubarkan dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, batalyon Sunan Bintoro dimasukkan ke dalam struktur Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai batalyon 426.
Namun, mereka tidak puas dengan pemerintahan Soekarno yang dianggap terlalu kompromis dengan komunis dan nasionalis.
Mereka juga merasa terancam dengan adanya operasi penumpasan DI/TII yang dipimpin oleh S.M. Kartosoewirjo, pemimpin gerakan Islam radikal yang ingin mendirikan negara Islam di Indonesia.
Pada bulan September 1953, Mayor Munawar memimpin pemberontakan eks batalyon 426 yang berjumlah sekitar 800 orang.
Mereka menyatakan diri sebagai bagian dari DI/TII dan menyerang pos-pos TNI di sekitar Dayu.
Baca Juga: Inilah Dua Khodam Sakti yang Melindungi Ganjar Pranowo, Calon Presiden yang Berweton Senin Wage
Mereka juga melakukan aksi terorisme seperti membakar rumah-rumah penduduk, membunuh pegawai sipil, dan merampok bank.
Tujuan mereka adalah untuk menguasai wilayah Jawa Tengah dan menjadikannya sebagai basis DI/TII.
Namun, pemberontakan ini tidak berlangsung lama. TNI segera mengirim pasukan untuk menumpas para pemberontak.
Dalam waktu kurang dari dua bulan, Mayor Munawar dan sebagian besar anggota eks batalyon 426 berhasil ditangkap atau tewas dalam pertempuran.
Hanya sekitar 100 orang yang berhasil melarikan diri ke hutan-hutan Jawa.
Mayor Munawar sendiri ditangkap pada tanggal 15 November 1953 di desa Karanganyar, Dayu.
Ia kemudian diadili oleh pengadilan militer dan ditangkap di penjara Cipinang.
Ada dua versi, akhir hayatnya karena ada yang menyebut mayor Munawar tewas dibunuh kelompok MMC.
Namun ada yang menyebut dirinya dieksekusi dengan tembakan pada tanggal 27 Desember 1953 di lapangan terbang Maguwo, Yogyakarta.
Sosok Mayor Munawar adalah salah satu contoh dari fenomena radikalisme di tubuh TNI pada era 1950-an.
Ia adalah seorang pejuang yang gigih dan berani, tetapi juga fanatik dan tidak kompromis dengan ideologinya.
Juga menjadi simbol dari perlawanan DI/TII terhadap pemerintahan Soekarno yang dianggap tidak Islami.
Baca Juga: Sosok Ra Kuti, Bocah Desa Yang Begitu Bermimpi Menjadi Raja Majapahit Hingga Lalukan Pemberontakan