Tipe-tipe Penyuka Sejarah, Salah Satunya Bisa Jadi Gara-gara Film Oppenheimer

Ade S

Penulis

Nino Oktorino, Ade Purna, dan Tjahjo Widyasmoro dalam acara Dialog Intisari: Para Peminat Sejarah, Siapa Mereka? yang digelar di Bentara Budaya Jakarta, Senin (14/8/2023).

Intisari-Online.com -Apakah Anda tiba-tiba menyukai sejarah usai menonton film "Oppenheimer" besutanChristopher Nolan?

AtauAnda malah sudah sampai membeli buku atau mencari film-film lain dengan tema sejarah?

Jika, ya, maka bisa jadi Anda termasuk ke dalam salah satu tipe penyuka sejarah yang akan kita bahas di bawah ini.

Tipe-tipe Penyuka Sejarah

Menurut Nino Oktorino, seorang penulis buku-buku sejarah populer, pada dasarnya penyuka sejarah dapat terbagi ke dalam tiga kelompok.

Kelompok yang pertama adalah mereka yang dikenal dengan sebutanhistory buff.

"Mereka adalah orang-orang yang suka sejarah baik dengan cara membaca buku atau menonton film," tutur Nino dalam acara Dialog Intisari: Para Peminat Sejarah, Siapa Mereka? yang digelar di Bentara Budaya Jakarta, Senin (14/8/2023).

Dalam acara yang menjadi rangkaian perayaan Ulang Tahun Majalah Intisari ke-60 tersebut, Nino menyebut bahwa beberapa dari tipe penyuka sejarah ini juga mengoleksi benda-benda sejarah.

"Mereka memang terlihat hanya sebagai penggemar, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa mereka juga bisa menjadi penulis artikel atau bahkan buku sejarah," ujar Nino.

Kelompok penyuka sejarah yang kedua menurut lulusan Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia ini adalahhistory student.

Baca Juga: 10 Alasan Kita Harus Membeli Intisari Edisi Pertama yang Terbit 17 Agustus 1963

Para penyuka sejarah dari kelompok ini umumnya adalah mereka yang mengambil jurusan sejarahsaat berkuliah.

Mereka inilah yang biasanya menjadi penulis buku-buku sejarah populer, seperti dirinya.

Sementara kelompok penyuka sejarah terakhir menurut Nino adalahhistorian.

Para dosen, peneliti, pegawai di lembaga sejarah atau budaya, adalah orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok ini.

Lalu, bagaimana dengan mereka yang tiba-tiba menyukai sejarah saat ada sebuah momentum tertentu seperti saat film"Oppenheimer" tayang?

Khusus untuk yang ini, Nino menambahkan satu kelompok lagi yang dia namai dengan "penyuka sejarah musiman".

Ya, mereka umumnya hanya akan menyukai sejarah saat ada momen-momen tertentu, walau tidak menutup kemungkinan mereka mulai menjadi seoranghistory buff.

Siapa Sebenarnya Peminat Sejarah?

DalamacaraDialog Intisari: Para Peminat Sejarah, Siapa Mereka?, Nino tampil bersamaAde Purnama penggagas komunitas Sahabat Museum (Batmus).

Bersama Nino, pria yang akrab disapa Adep ini menceritakan awal mula dirinya serius bergerak di bidang sejarah.

“Pada dasarnya dari kecil saya sudah suka sejarah,” ujar Adep.

Namun, keinginannya untuk menggagas acara jalan-jalan dengan tema sejarah baru muncul ketika dirinya melihat dalam acara Wisata Kampung Tua.

Adep yang kemudian mulai terlibat langsung dalam acara tersebut kemudian merasa bahwa seharusnya acara tersebut tidak terbatas hanya di sekitar kawasan Museum Fatahilah dan kawasan Glodok saja.

Dirinya meyakini bahwa "Bersama teman-teman bisa mengemas acara ini agar lebih menarik lagi”.

Sejak saat itulah dia mulai rutin menggelar acara yang diberi namaPelesiran Tempo Dulu.

Sesuai dengan impiannya, acara ini tidak terbatas hanya di kawasan Jakarta, tapi juga kota-kota lain di Indonesia.

Bahkan, dalam satu kesempatan pada tahun 2013, Batmus menghelat Pelesiran Tempo Dulu di Belanda.

Sementara Nino mengaku terjun menjadi penulis buku-buku sejarah populer usai dirinya terlibat dalam penerbitan buku-buku pelajaran sekolah usai menyandang gelar Sarjana Sejarah.

Namun, usahanya untuk mulai menulis tentang sejarah tidak berjalan mulus, terutama karena bahan-bahan sejarah yang terbatas saat dirinya mulai terjun ke bidang tersebut.

Nino mengaku bahwa saat itu materi sejarah hanya bisa didapat di perpustakaan atau di lapak-lapak buku bekas.

Terkadang, Nino pun harus bertukar bahan sejarah dengan orang-orang dari luar negeri.

Sedikiti demi sedikit, data-data yang dia inginkan pun akhirnya mulai terkumpul hingga kemudian siap untuk "dijait" menjadi sebuah buku.

Artikel Terkait