Sosok Sniper Siluman Indonesia, Seorang Diri Ledakkan Kepala 40 Fretelin

Yoyok Prima Maulana

Penulis

Ilustrasi sosok sniper siluman legendari Indonesia saat membantai anggota Fretelin.

Intisari-online.com - Inilah sebuah kisah tentang sosok sniper legendaris Indonesia dan dunia.

Seorang diri, sniper bernama Tatang Koswara ini bisa melumpuhkan 40 anggota Fratelin di Timor Timur dari jarak 900 meter.

Kala itu, pada medio 1977-78, Tatang ditugaskan dalam Operasi Seroja, sebuah misi membebaskan bumi Loro Sae dari cengkeraman penjajah Portugis.

Kala itu lebih dari 40 orang Fretilin menjadi korban tembakan jitu Tatang Koswara.

Fretilin adalah gerakan perlawanan rakyat Timor Timur yang menentang integrasi dengan Indonesia.

Salah satu aksi heroik Tatang Koswara adalah ketika ia berhasil melumpuhkan komandan pasukan Fretilin dari jarak 900 meter.

Saat itu, ia terkepung oleh sekitar 30 orang bersenjata dan tidak bisa bergerak. Ia harus menunggu komandan musuh keluar dari persembunyiannya selama tujuh jam.

Ketika komandan musuh muncul, ia langsung menembaknya dengan tepat di kepala.

Setelah menembak komandan musuh, Tatang Koswara dihujani peluru oleh pasukan Fretilin.

Ia terkena dua pantulan peluru yang sebelumnya mengenai pohon. Ia memutuskan untuk diam dan pura-pura mati agar musuh berhenti menembak.

Ia baru bisa bergerak malam hari dengan mengikatkan tali bambu di kakinya. Dalam kondisi terluka, ia mencongkel peluru di kakinya dengan gunting kuku.

Ia kemudian menggunakan syal merah putih tempatnya menyimpan foto keluarga untuk mengikat lukanya.

Tatang Koswara berhasil bertahan hidup dan kembali ke markas. Ia mendapatkan penghargaan dari Kolonel Edi Sudrajat dan Kapten Conway atas keberaniannya.

Ia juga mendapatkan julukan S-3 atau Siluman 3, karena kemampuannya menghilang dan muncul di medan perang.

Bahkan dirinya masuk dalam daftar 14 besar Sniper’s Roll of Honour di dunia dalam buku Sniper Training, Techniques and Weapons karya Peter Brookesmith.

Tatang Koswara sendiri lahir pada 12 Desember 1946 di Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat.

Ia mulai masuk militer melalui jalur tamtama di Banten pada tahun 1966. Meski memiliki ijazah sekolah teknik (setara SMP), ia melamar sebagai prajurit tamtama dengan menggunakan ijazah sekolah rakyat (setara SD).

Selang beberapa tahun, ia mengikuti penyesuaian pangkat sesuai dengan ijazah yang dimilikinya. Sebagai bintara, ia ditempatkan di Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) dan mengikuti berbagai pelatihan, mulai dari kualifikasi Raider hingga Sniper.

Pada tahun 1974-1975, Tatang Koswara dan tujuh rekannya terpilih untuk mengikuti program Mobile Training Teams (MTT) yang dipimpin oleh Kapten Conway dari Green Berets Amerika Serikat.

Program ini bertujuan untuk melatih prajurit TNI AD menjadi sniper dan antiteror, karena saat itu Indonesia belum memiliki satuan khusus tersebut.

Dalam program ini, Tatang Koswara dan 59 peserta lainnya dilatih untuk menembak jitu dari jarak 300, 600, dan 900 meter.

Selain itu, mereka juga dilatih untuk melawan penyusup, melakukan kamuflase, melacak jejak, dan menghilangkan jejak.

Dari 60 peserta program MTT, hanya 17 orang yang lulus. Salah satunya adalah Tatang Koswara.

Ia mendapatkan hadiah berupa senjata Winchester model 70, yang juga digunakan oleh Carlos Hathcock, sniper legendaris Marinir AS saat perang Vietnam.

Senjata ini menjadi senjata andalan Tatang Koswara sepanjang kariernya sebagai sniper.

Tatang Koswara pensiun dari militer pada tahun 1996 dengan pangkat Pembantu Letnan Satu. Ia kemudian menjadi guru bagi banyak prajurit TNI AD yang ingin menjadi sniper.

Ia meninggal dunia pada 3 Maret 2015 di usia 68 tahun. Ia dimakamkan dengan upacara militer dan mendapatkan penghormatan terakhir dari TNI AD.

Baca Juga: Satu Peluru Setara dengan Satu Musuh Jatuh, Inilah Kisah Tatang Koswara Sniper Terbaik Dunia Milik Indonesia yang Berhasil Bikin Milisi Timor Timor Kocar-Kacir

Artikel Terkait