Find Us On Social Media :

Awan Tsunami Muncul di Australia, Masyarakat Heboh

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 14 November 2015 | 12:00 WIB

Awan Tsunami Muncul di Australia, Masyarakat Heboh

Intisari-Online.com - Masyarakat baru saja dihebohkan dengan awan tsunami yang muncul di Australia. Selain membuat mereka heboh, awan juga memunculkan banyak pertanyaan tentang bagaimana awan itu terlihat begitu indah tapi sekaligus menakutkan.

Dari beberapa foto yang tersebar di internet awan itu muncul seperti gelombang, bergunung-gunung, melintasi langit Bondi Beach di pinggiran Sydney, Australia. Pemandangan itu muncul setelah serangkaian badai yang memporak-porandakan perkemahan di Victoria.

Orang-orang yang melihat awan itu menyebutnya sebagai “awan tsunami” meski nama sebenarnya adalah “awan arcus”—formasi awan yang rendah dan horizontal yang dikatikan dengan ujung tepi badai atau aliran udara dingin dari luat bila tidak terjadi badai.

Sementara orang-orang langsung berasumsi bahwa itu tanda-tanda kiamat, para ahli menjelaskan—secara ilmiah—bahwa awan itu biasanya merupakan tanda akan turun hujan yang lebat, banjir, juga cuaca ekstrem lainnya.

“Awan arcus (orang-orang menyebutnya awan tsunami) tercipta oleh keluarnya suhu dingin dari badai yang mengangkat udara lembab dengan sangat tiba-tiba. Itu adalah aliran dari badai,” ujar peramal cuaca, Crhistopher Webb kepada The Daily Telegraph.

“Ketika hujan badai datang secara vertikal ke bawah, ia menyeret udara, menyebar secara horizontal, membentuk bidang hembusan, dan kita mendapatkan udara lembab diangkat tiba-tiba dari aliran badai,” tambahnya.

 

Ini bukan pertama kalinya orang Australia menyaksikan awan tsunami. Dari kesaksian warga, juga informasi yang bersumber dari Badan Meteorologi Australia, awan aneh ini sudah pernah muncul pada 2008 lalu.

Pada 2011, Alabama juga pernah diporak-porandakan oleh awan jenis ini. Para ahli kemudian menjelaskan bahwa awan itu sebagai “Kelvin-Helmholtz waves”, jenis turbulensi yang terbentuk ketika lapisan cair bergerak cepat dan menyelip ke bagian atas yang lebih tebal dan lambat dengan menyeret permukaannya.

Meteorolog di Atmospheric Sciences Research Center, Chris Walcek, mengatakan, lapisan dingin mungkin lebih dekat dengan tanah sementara kecepatan angin tetap melambat. Menurut LiveScience, inilah yang mungkin menjelaskan mengapa kabut terlihat seperti gelombang yang bergunung-gunung. Insiden yang sama juga pernah terjadi di Florida dan Malaysia.