Find Us On Social Media :

Sama-sama Berpatokan pada Bulan, Inilah Perbedaan Tahun Baru Islam dan Tahun Baru China

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 10 Februari 2016 | 15:00 WIB

Sama-sama Berpatokan pada Bulan, Inilah Perbedaan Tahun Baru Islam dan Tahun Baru China

Intisari-Online.com - Kita tahu bahwa penanggalan Islam dan penanggalan China sama-sama berpatokan pada bulan. Meski demikian, tahun baru keduanya tidak jatuh di tanggal yang sama atau di hari yang sama. Lalu muncul pertanyaan, apa beredaan Tahun Baru Islam dengan Tahun Baru China?

Untuk tahun 2016 ini, Tahun Baru Islam jatuh pada 20 Oktober 2016 sementara Tahun Baru China jatuh pada 8 Februari. Selang keduanya hampir satu tahun.

Mengenai perbedaan itu, beberapa mungkin berujar bahwa ini terjadi lantaran adanya perbedaan titik tolak antara dua sistem penanggalan tersebut. Titik tolak penanggalan China adalah milenium 3 sebelum Masehi (SM), masa Kaisar Huang Di, antara tahun 2698-2599 SM. Sementara titik tolak penanggalan Islam adalah hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.

Tapi jika dicermati lebih dalam, penyebab perbedaan tahun baru keduanya lebih dari itu. Perlu dicermati, Tahun Baru China alias Imlek selalu jatuh pada waktu yang hampir bersamaan tiap tahunnya, antara Januari dan Februari. Sementara itu tahun baru Islam sangat tidak menentu. Kadang saat musim kemarau, kadang musim hujan.

Contoh lainnya, tanggal 8 Februari 2016 sudah dihitung sebagai awal bulan baru dalam tahun baru kalender China. Sementara itu, dalam kalender Islam, hari ini baru tanggal 28 Rabbiul Akhir, belum bulan baru. Mengapa bisa begitu?

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, dan dosen astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), Hakim L Malasan, mengatakan, walaupun sama-sama memakai bulan sebagai patokan, ada perbedaan dalam perhitungan kalender China dan Islam.

Penanggalan Islam

Bisa dikatakan, penanggalan Islam benar-benar murni berbasis waktu revolusi bulan mengelilingi bumi, 27,3 hari. Bulan baru dalam sistem kalender Islam dihitung dari saat penampakan hilal, bulan sabit yang sangat tipis. Penentuan bulan baru itulah yang kadang menjadi kontroversi saat awal bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, dan Idul Adha.

Ada yang menganggap penentuan bulan baru harus disertai pengamatan hilal terlebih dahulu, tetapi ada juga yang menganggap bulan baru cukup ditentukan dengan perhitungan waktu penampakan hilal secara matematis.

Walau penentuan bulan baru bersifat rumit, sistem penanggalan Islam secara umum bisa dikatakan lebih sederhana. Satu tahun adalah 354 hari. Setiap tahun terdiri atas 12 bulan yang lamanya antara 29 dan 30 hari.

Karena lama satu bulan tak benar-benar tepat dengan waktu Bulan mengelilingi Bumi, kalender Islam mengenal tahun kabisat. Ada penambahan satu hari, menjadi 355 hari. Awal tahun dimulai dari bulan Muharam. Nama-nama bulan diadopsi dari penanggalan yang ada di tanah Arab sejak masa Quraisy atau sebelum Islam.

“Bedanya, Islam melarang memasukkan nasi' (musim),” kata Thomas.