Penulis
Film Oppenheimer terinspirasi dari dedengkot Proyek Manhattan, Robert Oppenheimer. Hasil Proyek Manhattan adalah petaka Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945.
Intisari-Online.com -Beberapa hari belakangan, media sosial, terutama Twitter, ramai memperbincangkan Oppenheimer (2023).
Ini adalah film terbaru garapan Christopher Nolan.
Film tersebut bercerita tentang seorang fisikawan teoritis yang menjadi tokoh sentral Proyek Manhattan.
Itu adalah sebuah proyek riset untuk mengembangkan senjata nuklir dalam Perang Dunia II.
Hasil dari Proyek Manhattan adalah bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di Horoshima dan Nagasaki pada dua hari tergelap Agustus 1945.
Tokoh kita ini adalah Julius Robert Oppenheimer.
Siapa sebenarnya Robert Oppenheimer?
Berbicara tentang Robert Oppenheimer tak bisa tidak menyebut Proyek Manhattan dan serangan bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki.
Serangan dua bom itu telah menyebabkanratusan ribu orang tewas.
Pada 6 Agustus 1945, AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima, kemudian di Nagasaki pada 9 Agustus 1945.
International Campaign to Abolish Nuclear Weapons mencatat 140.000 orang tewas di Hiroshima dan 74.000 korban jiwa di Nagasaki.
Pembuat bom atom itu adalah J Robert Oppenheimer, lewat sebuah proyek ambisius bernama Proyek Manhattan.
Robert sejatinya telah memperingatkan bahaya fatal dari senjata tersebut.
Perang tidak memberikan apa pun, selain kesengsaraan.
Robert menjadi salah satu dari sekian ilmuwan yang berjibaku di tengah perang dan ketakutan terhadap Nazi.
Pada dekade pertama abad ke-20, sains memelopori revolusi kedua AS.
Terutama ketika Presiden Theodore Roosevelt menyatakan, pemerintahan yang baik yakni yang beraliansi dengan sains dan teknologi terapan.
Sekelompok ilmuwan juga menciptakan revolusinya sendiri.
Fisikawan mulai mengubah cara manusia memahami ruang dan waktu.
Salah satu tokoh paling penting yang lahir di zaman ini adalah fisikawanAlbert Einstein, sosok di balik munculnya teori relativitas.
Lalu muncul Robert Oppenheimer.
Robert sendirilahirpada 22 April 1904.
Keluarganya merupakan imigran Jerman generasi pertama dan kedua yang berjuang untuk menjadi warga AS.
Secara etnis dan budaya Yahudi, keluarga Oppenheimer yang saat itu tinggal di New York tidak pernah ke sinagoge.
Tanpa menolak identitas mereka sebagai Yahudi, keluarga Oppenheimer memilih untuk menjadi Yahudi-Amerika yang merayakan rasionalisme dan humanisme progresif.
Oppenheimer bukanlah keluarga saintis.
Kakeknya merupakan petani dan pedagang biji-bijian yang hidup di Hanau, timur Frankfurt, Jerman.
Dia ikut bisnis pakaian bersama kenalannya.
Ayah Robert, Julius Oppenheimer, bekerja di bidang impor tekstil dan sukses di New York.
Pada 1914, ketika Perang Dunia I pecah di Eropa, kekayaan bersih Julius mencapai beberapa ratus ribu dollar.
Pendapatan itu membuatnya setara dengan seorang jutawan.
Ketika usianya lima tahun, Robert pergi ke Jerman ikut ayahnya mengunjungi kakeknya.
Ketika di Jerman itulah Robertmendapat ensiklopedia arsitektur dan sebuah kotak berisi sekitar dua lusin sampel batuan yang diberi label dalam bahasa Jerman.
Robert kecil pun menjadi pemburu batu-batuan.
Dia tidak tertarik pada asal-usul geologis bebatuannya, tetapi terpesona oleh struktur kristal dan polarisasi cahayanya.
Dari usia tujuh hingga 12 tahun, Robert memiliki tiga hobi, yakni mencari batu-batuan, menulis dan membaca puisi, serta menyusun dengan balok.
Saat masih 12 tahun, dia menggunakan mesin tik keluarga untuk berkorespondensi dengan sejumlah ahli geologi lokal terkenal tentang formasi batuan yang ia pelajari di Central Park.
Salah satu koresponden itu lalu menominasikan Robert untuk menjadi anggota di Klub Mineralogi New York.
Karena takut berbicara di depan orang dewasa, Robert memohon kepada ayahnya untuk menjelaskan bahwa mereka telah mengundang seorang anak berusia dua belas tahun.
Sebaliknya, Julius mendorong putranya untuk menerima undangan.
Saat pertemuan, para ahli geologi dan kolektor batu amatir terkejut sekaligus tertawa terbahak-bahak ketika Robert naik ke podium.
Pemalu dan canggung, Robert tetap membaca sambutannya yang sudah disiapkan.
Robert sekolah di Alcuin Preparatory School. Kemudian pada 1911, ia dimasukkan ke pendidikan privat Sekolah Masyarakat Budaya Etis, yang didirikan oleh Felix Adler.
Kepekaan politik Robert didapat dari pendidikan progresif yang ia terima di sekolah Felix Adler.
Pada akhir Perang Dunia I, anggota Budaya Etis berperan sebagai agen perubahan pada isu-isu bermuatan politik seperti hubungan ras, hak buruh, kebebasan sipil, dan lingkungan hidup.
Semasa awal sekolah, Robert tertarik dengan sastra Inggris dan Prancis, serta mineralogi.
Namun dalam tahun terakhirnya di sekolah, ia mulai tertarik pada kimia.
Robert lulus pada 1921 dan masuk Universitas Harvard setahun kemudian, pada usia 18 tahun.
"Hidupku saat masih anak-anak tidak mempersiapkanku pada kenyataan bahwa dunia ini penuh dengan hal-hal yang kejam dan pahit," kata Robert.
Robert unggul dalam bahasa Latin, Yunani, fisika, dan kimia, menerbitkan puisi, dan mempelajari filsafat Timur.
Setelah lulus dari Harvard pada 1925, dia berlayar ke Inggris untuk melakukan penelitian di Laboratorium Cavendish di Universitas Cambridge.
Dia bekerja di bawah kepemimpinan Lord Ernest Rutherford, yang memiliki reputasi internasional untuk studi perintisnya tentang struktur atom.
Di Cavendish, Robert memiliki kesempatan untuk bekerja sama dengan komunitas ilmiah Inggris dalam usahanya memajukan penelitian atom.
Dia diundang ke Universitas Gottingen di mana dia bertemu fisikawan terkemuka lainnya, seperti Niels Bohr dan Paul A.M. Dirac.
Hingga, pada 1927, Robert menerima gelar doktor.
Setelah kunjungan singkat di pusat sains di Leiden dan Zurich, Robert kembali ke AS untuk mengajar fisika di Universitas California di Berkeley dan Institut Teknologi California.
Kejayaan Adolf Hitler di Jerman memicu minat politik Robert.
Meski tidak pernah bergabung dengan partai, tetapi pada 1936 Robert pernah berkelana bersama mahasiswa komunis.
Dia memihak republik selama Perang Saudara di Spanyol.
Namun ketidakadilan bagi para saintis di rezim Joseph Stalin, membuat Robert menarik diri dari gerakan Partai Komunis.
Setelah Nazi Jerman berhasil menginvasi Polandia pada 1939, fisikawan Albert Einstein, Leo Szilard, dan Eugene Wigner memperingatkan pemerintah AS akan bahaya yang mengancam seluruh umat manusia jika Nazi menjadi negara pertama yang membuat bom nuklir.
Peringatan itu memicu Robert untuk mengembangkan bom nuklir.
Pertama, ia mulai dengan mencari proses pemisahan uranium-235 dari uranium dan menentukan massa kritis uranium yang diperlukan untuk membuat bom.
Pada Agustus 1942, Angkatan Darat AS mengorganisasi fisikawan Inggris dan AS untuk mencari cara dalam memanfaatkan energi nuklir demi kepentingan militer.
Robert diberi tanggung jawab untuk mendirikan dan mengelola laboratorium.
Dia memilih dataran tinggi Los Alamos, dekat Santa Fe, New Mexico.
Wilayah itu setidaknya memiliki 10 situs, termasuk gudang yang menyimpan uranium, laboratorium yang memisahkan atom, dan markas utama proyek.
Proyek rahasia untuk membangun bom atom mendapat nama samaran: Distrik Insinyur Manhattan, yang kemudian disingkat menjadi Proyek Manhattan.
Banyak orang berasumsi bahwa Proyek Manhattan merupakan tempat di mana ribuan ahli berkumpul di pegunungan New Mexico untuk membuat bom atom pertama di dunia.
Sedikitnya 5.000 orang datang dan pergi tiap hari untuk menyelesaikan pekerjaan.
Adapun, proyek Manhattan mempekerjakan lebih dari 130.000 orang.
Para ilmuwan terkemuka di Los Alamos dianggap berhasil setelah ledakan nuklir pertama, pada 16 Juli 1945, di Situs Trinity dekat Alamogordo, New Mexico.
Sebagai Ketua Badan Penasihat Utama Komisi Energi Atom, Robert bertugas membantu mengarahkan perkembangan nuklir negara pascaperang.
Kejatuhan Robert terjadi di tengah ketakutan Perang Dingin antara AS dengan Soviet dalam persenjataan atom dan subversi komunis di dalam negeri.
Pada 1953, seorang mantan pembantu kongres mengirim surat kepada FBI yang menyatakan bahwa Robert adalah mata-mata Soviet.
Terganggu dengan tuduhan tersebut, pemerintah memutus akses Robert dari proyek nuklir apa pun.
Tudingan itu diperkuat dengan penolakan Robert terhadap pengerjaan awal bom hidrogen, yang dapat meledak dengan kekuatan 1.000 kali lebih dahsyat dari bom atom.
Robert pun dibawa ke persidangan.
Fisikawan Edward Teller telah lama menganjurkan program kilat untuk merancang senjata semacam itu, lalu mengatakan dalam sidang tahun 1954 bahwa dia tidak memercayai penilaian Robert.
"Saya secara pribadi akan merasa lebih aman, jika urusan publik berada di tangan orang lain," ujarnya dalam sidang.
Meski tidak ada bukti yang terungkap yang mendukung tuduhan mata-mata, tetapi dewan menilai bahwa pandangan awal Robert tentang bom hidrogen berdampak buruk pada perekrutan ilmuwan dan kemajuan upaya ilmiah.
Tahun berikutnya, sidang keamanan menyatakan dia tidak bersalah atas pengkhianatan tetapi memutuskan bahwa Robert tidak boleh memiliki akses ke rahasia militer.
Akibatnya, ia dipecat sebagai Penasihat Komisi Energi Atom AS.
Federasi Ilmuwan Amerika angkat suara dan membela Robert dengan memprotes persidangan tersebut.
Namun keputusan tidak berubah. Robert sempat mendapat penghargaan Enrico Fermi dari Komisi Energi Atom, di bawah pemerintahan Presiden Lyndon B Johnson pada 1963.
Robert pensiun dari Institute for Advanced Study pada 1966 dan meninggal karena kanker tenggorokan setahun berikutnya.