Penulis
Intisari-Online.com - Mamalia laut terbesar, yaitu paus menjadi hewan yang sensitif terhadap suara. Pendengaran mereka sangat luar biasa. Sebuah film dokumenter bertajuk Sonic Sea yang ditayangkan di Discovery Channel menunjukkan bagaimana seorang ilmuwan menjelaskan kekagumannya dengan dunia aural tersebut. Sang ilmuwan juga menggambarkanbagaimana budaya kita, manusia, membunuh paus yang nyatanya harus dilestarikan agar habitatnya selalu ada?
Penelitian menyebutkan salah satu solusi untuk polusi suara laut adalah dengan membuat desain kapal-kapal yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak mengganggu paus. Salah satu kapal angkatan laut yang direncanakan adalah R/V Neil Armstrong, yang selesai pada 2015 dan menjadi bagian dari armada yang dikelola Woods Hole Oceanographic Institution in Massachusetts.
Spesifikasi angkatan laut pertama yang diciptakan untuk mengontrol kebisingan yang terpancar. Intinya, ketika ada paus berjarak satu mil di laut di Negara laut yang moderat, sekitar 6-8 kaki gelombang, maka kapal akan membuat jumlah yang sama kebisingan seperti gelombang.
Setiap bagian kapal dievaluasi terhadap potensi kebisingan. Ada isolasi getaran yang ditempatkan di antara mesin dan pelat dek, semua pipa diisolasi dengan gantungan dan bahan karet, kemudian dek dan shell kapal dilapisi dengan bahan yang meminimalkan transmisi suara melalui air.
Karena ada beberapa persyaratan wajib yang harus dilakukan untuk mengurangi kebisingan di bawah laut oleh kapal komersial, jadi masih dibutuhkan waktu dan dibuktikan bagaimana kapal-kapal tersebut untuk mengadopsi inovasi tersebut.
Nah, itu dia bagaimana budaya kita membunuh paus. Tanpa disadari, kitalah yang berperan atas kerusakan lingkungan bumi. (takepart.com)