Find Us On Social Media :

Mengurai Cerita Pengembangan Desa Wayu sebagai Surga Paralayang

By Sheila Respati, Sabtu, 24 Juni 2023 | 14:22 WIB

Desa Wayu menjadi istimewa bagi pencinta paralayang karena memiliki potensi thermal, angin dan langit yang ideal, serta pemandangan empat dimensi.

Intisari-OnlineKabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, memilik bentang alam menakjubkan. Kabupaten yang merupakan bagian dari Cagar Biosfer Lore Lindu tersebut memiliki barisan Pegunungan Gawalise di sisi barat.

Perbukitan itu sekaligus menjadi pembatas antara Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Barat dan kini menjadi daya tarik bagi pencinta aerosport

Pada salah satu puncak bukit di Pegunungan Gawalise  terdapat sebuah desa bernama Wayu yang dikenal dengan pemandangan bak negeri di atas awan. Secara administratif, Desa Wayu merupakan bagian dari Kecamatan Marawola Barat.

Bukan sekadar menawarkan pemandangan dari atas bukit, Desa Wayu merupakan surga bagi pencinta olahraga aerosport, khususnya paralayang.

Desa yang berpopulasi 389 jiwa tersebut terletak pada ketinggian kurang lebih 500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sambil berparalayang penerbang dapat menikmati pemandangan alam empat dimensi. Lembah, sungai, pegunungan, dan laut tersaji dengan apik dari ketinggian.

Tidak heran, Federasi Aerosport Dunia yang berbasis di Prancis melabeli Desa Wayu sebagai salah satu spot terbaik di dunia untuk berparalayang.

Oleh karena itu, Desa Wayu menjadi salah satu potensi yang “dipamerkan” Kabupaten Sigi dalam Festival Lestari 5 yang dihelat oleh Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) pada 23-25 Juni 2023. Berparalayang di Desa Wayu menjadi salah satu rangkaian acara dalam festival pada Kamis (22/6/2023).

Ketua Federasi Aerosport Seluruh Indonesia (FASI) Sulawesi Tengah, Asgar, yang hadir dalam rangkaian acara tersebut mengatakan keistimewaan paralayang di Desa Wayu tak semata pemandangan bentang alam yang indah.

Menurutnya, Desa Wayu memiliki unsur-unsur penting pendukung olahraga tersebut. Sebut saja, thermal atau panas udara. Untuk menaikkan ketinggian parasut, penerbang paralayang tak hanya membutuhkan dorongan angin, tetapi juga thermal.

“Desa Wayu adalah satu-satunya tempat di Indonesia, bahkan di Asia, dengan spesifikasi thermal yang bersesuaian dengan olahraga paralayang. Itulah alasan mengapa Federasi Aerosport Dunia menilai Desa Wayu sebagai salah satu tempat terbaik untuk berparalayang di dunia,” terang Asgar.

Dengan keistimewaan tersebut, Desa Wayu pertama kali ditunjuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan kejuaraan paralayang berskala internasional pada 2016. 

“Setelah 2016, ada dua kali kejuaraan berskala internasional terselenggara di Desa Wayu, yakni pada 2018 dan terakhir pada 2020 lalu. Belum termasuk kejuaraan-kejuaraan berskala nasional, regional, dan lokal,” tambahnya.