Move On dari PHK: Intinya Kreativitas

Moh Habib Asyhad

Penulis

Move On dari PHK: Intinya Kreativitas

Intisari-Online.com -“PHK bukan akhir dari segalanya.” Itulah yang muncul dari mulut Agoeng Widyatmoko, 36, ketika disinggung soal PHK. Di sela-sela bercerita bagaimana ia dirumahkan oleh kantor tempatnya bekerja, pria gondrong itu juga memberi tip move on dari PHK; intinya adalah kreativitas.

Agoeng adalah mantan karyawan sebuah perusahaan media ekonomi yang ada di Jakarta. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba ada kabar bahwa dirinya sudah dirumahkan—bersama 20-an teman kantornya yang lain, pada 2005. Meskipun mendapatkan uang pesangon yang lumayan, berita ini tentu saja membuat Agoeng sedikit kaget.

Tidak mau terlalu larut dalam kekagetan, Agoeng langsung memutar otak. Setelah menerima pesangon, yang muncul pertama kali di benak Agoeng adalah investasi emas, tapi tidak jadi. Bagi Agoeng, ada investasi lebih besar yang bisa ia lakukan dari sekadar emas.

Ia juga sempat berpikiran untuk membeli beberapa unit sepeda motor untuk disewakan kepada tukang ojek. Rencana itu juga tidak jadi karena bingung mau disewakan ke siapa. “Sempat berpikiran juga membuka warung makan, tapi tidak ada yang membantu,” cerita Agoeng.

Setelah mempertimbangkan beberapa hal, ia yakin, ia bisa menghasilkan uang dari kemampuannya menulis. Uang pesangonnya lantas dibuat untuk membeli laptop dan mesin printer. Ia mencetak kartu nama sendiri dan mengedarkannnya pada sebuah acara pameran perusahaan franchise di Jakarta.

Upaya tersebut juga ternyata tidak berbuah manis. Ia akhirnya memutuskan untuk menulis buku. Buku pertama berjudul Cara Jitu Mendapatkan Kredit di Bank, jeblok di pasaran. Agoeng tidak menyerah, ia membikin keduanya berjudul 100 Peluang Usaha untuk UKM, dan melejit jadi salah satu buku bestseller waktu itu. Ia pun diundang ke berbagai seminar kewirausahaan.

Tapi kondisi ini cukup ironis bagi Agoeng. Di satu sisi bukunya tentang UKM laku keras, tapi di sisi lain, ia sendiri belum punya usaha yang ajek. “Salah satu poin di buku saya itu ada jasa tulis-menulis. Kenapa saya tidak mendirikan usaha itu saja? Toh, kemampuan saya di situ.” Itulah embrio mendirikan usaha penyedia jasa konten tulisan.

Setelah wira-wiri ke sana kemari, Agoeng mendapatkan proyek pertamanya pada 2007. Di tahun itu juga Agoeng mendirikan Dapur Tulis di Depok tahun itu juga. Saat ini usaha pria kelahiran 1976 itu terus merangkak naik. Bahkan di tahun kedua berdirinya Dapur Tulis, Agoeng sudah mampu membeli rumah tanpa utang sepeser pun.

“Tip move on dari PHK? PHK itu, pokoknya harus kreatif. Jika kira berpikiran positif, PHK itu justru jalan baru untuk kesuksesan baru. Saya tidak membayangkan, apakah kondisi saya sebaik ini seandainya saya tidak di-PHK,” tutur Agoeng.