Penulis
Bos ramah dan bos genit punya perbedaan. Jangan sampai kejadian ada bos mengajak karyawati staycation, lebih-lebih dengan iming-iming perpanjang kontrak.
Intisari-Online.com -Hati-hati, banyak bos genit di sekitar Anda.
Seorang karyawati di sebuah pabrik di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, berinisial AD, mendapat perlakukan tidak mengenakkan dari atasannya.
Dia mengaku diajak "jalan bareng" oleh manajernya dengan iming-iming perpanjang kontrak.
Berkaca pada peristiwa di atas, sebenarnya bagaimana sih membedakan atasan atau bos yang ramah dan atasan genit?
Bagaimanapun juga, punya bos yang ramah dan perhatian selalu menyenangkan dibanding punya atasa galak.
Meski begitu, terkadang ramah beda tipis dengan genit.
Banyak bos yang ramahnya kelewatan sampai menjurus ke perilaku yang genit padahal dia sudah berkeluarga.
Bukannya senang, ujung-ujungnya kita merasa risih.
Sikap seperti ini tentu bisa bikin kita sebagai karyawan jadi enggak nyaman bekerja.
Seperti disinggung di atas, ramah dan genit kadang-kadang bedanya tipis, bisa saja.
Awalnya ramah, lama-lama mengarah dan ingin menjamah.
Kalau kita meresponnya dengan bersikap ramah juga, kadang-kadang malah dituduh “kegeeran”.
Maka itu, pertama-tama kita harus cerdas membedakan mana yang masuk kategori sikap ramah dan mana yang masuk kategori “ada udang di balik batu”.
Perbedaan bos ramah dan bos genit
Pertama, bos yang genit biasanya selalu berusaha menyelipkan pembicaraan yang menyangkut topik personal, di luar topik pekerjaan.
Bukan berarti enggak boleh bicara soal personal dengan atasan.
Sejauh hal itu berkaitan dengan pengembangan diri dalam pekerjaan dan topiknya postif, boleh saja.
Tapi, jika pembicaraan personal mengarah pada pernyataan keluh kesah mengenai kehidupan rumah tangga yang ia jalani, membeberkan kejelekan pasangannya, dan mengucapkan kata-kata dalam bentuk loving atau membawa perasaan, maka kita wajib curiga.
Apalagi, jika perilaku ini juga mulai merambah pada pesan singkat di WhatsApp dan di jam-jam yang tidak lazim.
"Kita sebagai perempuan harus punya kepekaan," kata psikolog dan dosen di Univeristas Kristen Krida Wacana, Sukma Rani Moekardjono, kepada Nova.
"Kalau si atasan sudah mulai chat ke arah personal dan chat-nya bukan di jam-jam office hour dan sudah di luar topik pekerjaan, misal sangat personal dan ke arah mengajak nge-date, itu sudah di luar batas normal lagi."
Selanjutnya, lanjutnya, ada tindakan nonverbal yang spontan hingga mengarah pada tindakan sexual harassment.
Misal, bos tiba-tiba merangkulkan tangannya di pundak kita, memegang tangan, menatap tidak biasa, dan melontarkan rayuan langsung yang membuat kita merasa tidak nyaman.
Begitulah cara membedakan bos yang ramah dan bos yang kelewat ramah sehingga menjurus ke arah genit.
Tips menghindari bos genit
Lalu bagaimana menghadapi bos yang genit?
Jika bos atau atasan sudah mulai aneh-aneh dan bahkan sudah mengarah ke sesuatu yang tidak senonoh, lakukan hal-hal berikut:
1. Jaga jarak
Apakah sikap ramah atasan Anda membuat Anda tidak nyaman?
Misalnya saja, dengan mencondongkan tubuhnya dekat ke layar komputer Anda saat Anda sedang mengetik (bermaksud ingin mendekati Anda).
Jika Anda membiarkannya, ia akan menganggap itu sinyal kalau Anda membuka diri.
Menjauhlah dari kursi sebagai tanda Anda tidak menoleransi perilakunya.
2. Kontrol bahasa tubuh
Gunakan ekspresi wajah, gerak tubuh, postur, dan reaksi nonverbal umum yang biasa dilakukan sehari-hari.
Coba ingat, apakah ada gerak-gerik yang tanpa sadar Anda lakukan untuk “mengundang” dia?
Misalnya saja, gerakan mata atau senyum centil. Jika ya, hentikan segera.
3. Tetap profesional
Berperilaku dan berpakaianlah yang lugas juga sopan.
Jika atasan sering sekali memanggil Anda ke ruangannya untuk hal-hal yang tak terlalu penting, lebih baik ajak teman lain saat masuk ke ruangannya.
Jangan menerima begitu saja ajakannya untuk “rapat” di luar kantor jika agendanya tak jelas.
4. Hindari permainan kekuasaan
Alih-alih menolak atasan, Anda membuatnya cemburu dengan menggoda atau mendekati rekan kerja pria di kantor.
Ditakutkan, atasan tidak bersikap fair dan merugikan keberadaan teman kerja Anda itu.
5. Petunjuk suami atau pacar
Jika Anda sudah mempunyai suami atau pacar, secara tak langsung tunjukkan itu kepada atasan.
Misalnya, dengan memuat foto pasangan di meja kerja, mengatakan dengan lantang nanti sore Anda akan dijemput oleh pasangan, memakai cincin tunangan atau kawin, atau juga memasang foto bersama pasangan di jejaring sosial.
6. Laporkan!
Tindakan atasan sudah tidak bisa ditoleransi. Banyak tugas yang diberikan atasan lebih karena subyektivitas perasaannya.
Bicarakan hal ini dengan bagian HRD. Katakan saja kalau Anda sudah tidak nyaman dan kelakuannya sudah di luar batas profesionalisme kerja.