Penulis
Intisari-online.com - Belakangan ini Indonesia mengalami fenomena di mana suhu udara cukup panas.
Suhu panas di Indonesia diperkirakan mencapat 28 derajat celcius, dan rupanya beberapa negara di Asia juga mengalami kondisi yang sama.
Salah satu negara di Asia Selatan yang terkena dampak gelombang panas yang mengerikan dalam sepekan terakhir adalah Bangladesh.
Negara ini mencatat suhu udara tertinggi sepanjang masa, yaitu 51,2 derajat celcius.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa gelombang panas atau heatwave ini dipicu oleh fenomena El Nino yang menyebabkan kenaikan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik.
Hal ini berpengaruh pada perubahan pola angin dan curah hujan di berbagai daerah.
Selain itu, suhu panas bulan April di wilayah Asia selatan juga dipengaruhi oleh gerak semu matahari yang menyebabkan lonjakan panas tahun 2023 terburuk.
BMKG juga menyatakan bahwa tren pemanasan global dan perubahan iklim membuat gelombang panas semakin berisiko terjadi 30 kali lebih sering.
Suhu udara tertinggi di Bangladesh terjadi pada 17 April 2023 di Kumarkhali, Kushtia.
Suhu tersebut bahkan lebih tinggi dari suhu rata-rata permukaan matahari yang sekitar 5.500 derajat celcius.
Gelombang panas ini tentu berdampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suhu udara di atas 40 derajat celcius dapat menyebabkan kelelahan panas, dehidrasi, pusing, mual, dan bahkan kematian.
Selain itu, gelombang panas juga dapat meningkatkan risiko kebakaran hutan, kekeringan, kelangkaan air bersih, gagal panen, dan konflik sosial.
Gelombang panas juga dapat mempercepat pelepasan gas rumah kaca dari tanah dan lautan yang memperparah pemanasan global.
Untuk mengurangi dampak gelombang panas, BMKG menyarankan masyarakat untuk menghindari aktivitas di luar ruangan saat siang hari, minum air putih yang cukup.
Kemudian disarankan menggunakan pakaian longgar dan berwarna terang, serta menggunakan tabir surya atau payung untuk melindungi kulit dari sinar matahari.
BMKG juga mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Hal ini penting untuk mencegah terjadinya bencana alam yang lebih parah di masa depan.
Gelombang panas yang melanda Bangladesh dan negara-negara Asia lainnya merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim yang terjadi di dunia.
Perubahan iklim ini disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer akibat aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan.
Gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, dan nitrous oksida dapat menyerap dan memantulkan radiasi matahari yang seharusnya keluar dari bumi.
Hal ini menyebabkan suhu bumi meningkat secara global dan mengganggu keseimbangan iklim.
Baca Juga: Gelombang Panas di Asia, Apa Penyebabnya dan Bagaimana Dampaknya bagi Indonesia?
Perubahan iklim ini membawa berbagai dampak negatif bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Beberapa dampaknya antara lain adalah meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana alam seperti banjir, kekeringan, badai, gempa bumi, dan tsunami.
Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan kenaikan permukaan laut akibat mencairnya es di kutub dan pegunungan. Hal ini mengancam pulau-pulau kecil dan wilayah pesisir yang rentan terhadap abrasi dan intrusi air laut.
Perubahan iklim juga berdampak pada keragaman hayati dan ekosistem.
Beberapa spesies tumbuhan dan hewan dapat punah karena tidak dapat beradaptasi dengan perubahan suhu dan habitat. Hal ini dapat mengganggu rantai makanan dan siklus karbon di bumi.
Perubahan iklim juga berdampak pada kesehatan manusia.
Beberapa penyakit menular seperti malaria, demam berdarah, dan kolera dapat meningkat karena perubahan pola curah hujan dan suhu.
Selain itu, perubahan iklim juga dapat menyebabkan stres, depresi, dan trauma akibat bencana alam.
Untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim ini, diperlukan kerjasama dan komitmen dari semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain adalah:
- Mengurangi emisi gas rumah kaca dengan menggunakan energi terbarukan, meningkatkan efisiensi energi, mengurangi pembakaran bahan bakar fosil, dan menghentikan pembalakan liar.
- Menyesuaikan diri dengan dampak perubahan iklim dengan meningkatkan ketahanan pangan, air, dan energi, membangun infrastruktur yang tahan bencana, melindungi ekosistem dan keragaman hayati, serta meningkatkan kesehatan masyarakat.
- Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dengan melakukan edukasi, sosialisasi, kampanye, advokasi, dan aksi nyata.
- Mendorong kerjasama internasional dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dengan mengikuti perjanjian-perjanjian global seperti Paris Agreement, Kyoto Protocol, dan lain-lain.
Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, diharapkan dampak perubahan iklim dapat diminimalisir dan kesejahteraan manusia dapat terjamin.
Perubahan iklim adalah tanggung jawab kita bersama. Mari kita lakukan aksi nyata untuk menyelamatkan bumi kita.