Find Us On Social Media :

Risiko Bisnis Jilbab Relatif Kecil

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 31 Juli 2014 | 19:00 WIB

Risiko Bisnis Jilbab Relatif Kecil

Intisari-Online.com - Satu hal yang menarik dari jilbab adalah bisnis jilbab tidak mengenal ukuran. Meski kerap disandingkan sepaket sebagai busana muslim dengan baju dan gaun muslim, tapi sejatinya jilbab itu berdiri sendiri. Ibaratnya, gaun muslim kurang pas jika tidak ada jilbab sebagai pelengkapnya. Tapi jilbab berbeda cerita, ia bisa dipasangkan dengan beragam jenis baju, tanpa memandang bahwa itu adalah baju muslim.

Ada anekdot lain: meski gaunnya berganti setiap saat tapi jilbab yang dipakai itu-itu saja, tampaknya tak ada yang istimewa. Tapi tampak berbeda jika jilbab yang dipakai berbeda-beda meski bajunya sama. Perumpamaan-perumpamaan di atas menunjukkan bahwa bisnis jilbab adalah bisnis yang mampu berdiri sendiri.

(Baca: 11 Langkah Memulai Bisnis [1]

Secara umum jilbab bersifat sangat personal. Secara tidak langsung, orang yang memakainya akan memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Mereka bisa menempelkan motif bunga-bunga di kerudungnya atau tetap keukeuh dengan gaya berjilbabnya yang konvensional.

Potensi orang yang ingin berkreasi dengan jilbabnya juga semakin hari semakin banyak. Selain sebagai pemakai, mereka juga bisa menjadi “desainer” dadakan atas jilbabnya sendiri sehingga tampak menarik dan berpotensi ditiru oleh orang lain.

Di sisi lain, kecenderungan untuk berkerudung juga semakin hari semakin tinggi. Tidak mau hanya berkerudung biasa-biasa saja, para pemakai ini ingin melakukan sesuatu dengan penutup kepalanya. Di sinilah letak titik itu; bahwa bisnis jilbab ternyata begitu menggiurkan dan mempunyai potensi yang sangat menjanjikan.

Risiko bisnisnya kecil

Selain bisnis jilbab tidak mengenal ukuran, keunggulan bisnis jilbab lainnya adalah risiko bisnisnya yang relatif sangat kecil. Soal warna memang kerap dianggap sebagai kambing hitam oleh para pembeli, tapi bagi pebisnis itu bukanlah persoalan utama, karena ini sifatnya sangat personal.

(Baca: 11 Langkah Memulai Bisnis [2]

Tia Wigati (45), salah satu orang yang berada di balik suksesnya toko jilbab Square, mengatakan, soal risiko, jilbab tidak sebesar baju atau sepatu yang sangat bergantung pada ukuran. 

Hampir dipastikan pemakai jilbab tidak terlalu bermasalah dengan “ah, jilbab ini kebesaran” atau “kok, ini jilbabnya kekecilan, sih”. Jika memang ditemukan keadaan seperti itu, pemakai biasanya mampu mengatasinya dengan berbagai tambahan yang dianggapnya menarik.

“Tak bisa dipungkiri, setiap pelaku bisnis harus selalu waswas dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan dagangannya. Begitu juga dengan bisnis jilbab. Tapi, secara manajerial ia mudah untuk dikendalikan dan ditekan risikonya. Soal warna itu benar-benar urusan personal. Dan juga, bisnis jilbab tidak mengenal ukuran,” jelas Tia.