Penulis
Intisari-Online.com - Setelah pensiun, apa rencana Anda ke depannya? Agar tetap produktif, ada baiknya Anda mengikuti semangat dan langkah bisnis yang dilakukan Subandi (63 tahun) yang kini meraup banyak keuntungan dengan bisnis budidaya jamurnya, yaitu Julira.
Sejak pensiun dari Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Pemerintah Kabupaten Kulonprogo, Subandi telah memulai usahanya di tahun 2008. Awalnya, pria yang memang hobi wirausaha sejak aktif bekerja ini tertarik dengan tugas kuliah anaknya, Handoko, tentang kewirausahaan.
“Waktu itu yang saya lihat prospektif ya jamur. Sebab, kalau seperti budidaya lele itu sudah sangat banyak, dan pemasarannya juga lumayan susah,” kata Subandi kepada wartawan yang berkunjung ke rumah produksinya, Yogyakarta, Selasa (9/6) seperti dilansir kompas.com
Usaha yang dirintis Subandi ini memproduksi jamur kuping, jamur lingsi, dan jamur tiram, dan olahan jamur sesuai pesanan. Namun sebagian besar Julira memproduksi baglog, yakni media tanam jamur.
Setiap bulannya, Julira bisa memproduksi hingga 9.000 baglog jamur, dengan harga jual Rp2.000 untuk jamur tiram, Rp2.100 untuk jamur kuping, dan Rp2.500 untuk jamur lingzhi.
Yang paling mahal adalah jamur lingzhi. Hal ini disebabkan karena harga jual jamur yang berkhasiat untuk obat-obatan tersebut juga terbilang mahal, Rp120.000 per kilogram dari pembudidaya.
Subandi mengatakan, biaya produksi budidaya jamur lebih kurang untuk keperluan menggaji 10 orang karyawan, bahan bakar dan listrik untuk produksi, serta transportasi untuk mobilitas dan distribusi.
“Keuntungan bersihnya sekitar 25 persen dari harga jual, sekitar Rp4,5 juta per bulan,” kata Subandi.
Saat ini, media tanam jamur produksi Julira dipasarkan di wilayah DI.Yogyakarta dan sekitarnya. Di Yogyakarta sendiri, baglog-baglog ini dijual ke daerah antara lain Potorono, Nglendah, dan Pandak. (kompas.com)