Penulis
Intisari-Online - Ada banyak cara untuk meningkatkan pendapatan yang kita miliki. Salah satunya adalah dengan melakukan investasi. Namun jika tidak dilakukan dengan baik, yang terjadi bisa saja sebaliknya. Seseorang bisa rugi besar dan menghabiskan kekayaan yang dimiliki. Nah berikut kesalahan keputusan finansial yang harus dihindari.
Tim Ferriss: Gagal menemukan pasar
Kita tidak perlu membuat produk dan kemudian berusaha menemukan pasar kita. Tim Ferriss, penulis buku terlaris dunia, mengungkapkan, kita hanya perlu memilih pasar dan kemudian membuat produk kita. Penting untuk tahu kepada siapa produk itu ditujukan. Jangan sampai terjebak seperti kebanyakan para insinyur yang menciptakan berbagai produk terlebih dahulu dan berusaha untuk mencari tahu kepada siapa mereka akan menjual produknya.
David Pottruck: Investasi pada perusahaan startups tanpa persiapan
Salah satu yang perlu diperhatikan adalah keputusan untuk melakukan investasi pada start up. David Pottruck, mantan CEO Charles Schwab yang kini menjadi pemimpin HighTower Advisors, mengatakan, setelah meninggalkan Schwab, ia mulai berinvestasi di sebuah perusahaan startup kecil tanpa memiliki pengalaman sebelumnya. Ia mengaku mendapatkan banyak pelajaran dari kegagalan tersebut. “Sebuah ide yang baik tidak selalu membuat bisnis yang baik dan bisnis yang baik tidak perlu diterjemahkan ke dalam investasi yang baik," kata Pottruck saya.
Margaret Cho: Tidak membeli apartemen
Salah satu kesalahan yang mungkin dilakukan adalah tidak membeli apartemen atau komplek perumahan pada saat harganya murah. Ini dialami komedian AS, Margaret Cho ketika menolak membeli sebuah apartemen yang terbilang murah pada tahun 1994. Ia memperkirakan, apartemen tersebut kini bernilai sekitar 10 juta dolar AS atau sekitar 135 miliar rupiah.
Rebecca Jarvis: Mengalihkan biaya pendidikan
Rebecca Jarvis, Jurnalis finansial, mengingatkan agar menggunakan biaya pendidikan terutama dana pinjaman pendidikan sekolah sebaik mungkin. Ketika tidak membayar dana pinjaman mahasiswa, maka itu akan mengubah rencana finansial yang telah disusun. Jarvis mengatakan kegagalan terbesarnya adalah tidak melakukan pembayaran pinjaman sekolah. Akibatnya, ia harus menanggung beban kartu kreditnya dan juga milik orangtuanya.
Dave Asprey: Bersikap menggebu-gebu
Pada usia 26 tahun, Dave Asprey, founder The Bulletproof, telah meraup keuntungan 6 juta dolar AS atau sekitar 80 miliar rupiah. Karena merasa ingin terus meningkatkan pendapatannya, ia mengejar penawaran investasi untuk mencapai angka 10 juta dolar AS atau sekitar 135 miliar rupiah. Karena hal itu dilakukan tanpa mencari bantuan profesional, pada usia 28, Dave kehilangan seluruh kekayaannya dan kembali ke angka nol.
Ryan Holiday: Mengajukan permohonan hipotek saat berstatus wiraswasta
Penulis buku terlaris, Ryan Holiday menyesal karena memulai proses pembelian rumahnya saat ia telah meninggalkan jabatannya sebagai direktur pemasaran di perusahaan American Apparel. “Jika saya jeli dan memulainya dua bulan sebelumnya, mungkin itu akan mungkin menyelamatkan saya dari mimpi buruk mengajukan permohonan hipotek saat berstatus sebagai wiraswasta,” katanya.
Dan Price: “Tidak siap dengan resesi”
Dan Price, CEO Gravity Payments mengatakan, pada tahun 2008, bisnis kecil yang ia jalankan tidak dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan resesi. Karena hal itu, ia memberlakukan pemotongan gaji sebesar 80% kepada seluruh jajaran direksi. “Kami hampir tidak berhasil. Kemudian, saya berjanji pada diri sendiri bahwa selanjutnya saya akan siap untuk menghadapi resesi,” katanya.
(Time)