Begini Tantangan Industri E-Commerce Menghadapi MEA

Arnaldi Nasrum

Penulis

Begini Tantangan Industri E-Commerce Menghadapi MEA

Intisari-Online.com - Menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah di depan mata, para pelaku e-commerce memiliki sejumlah tantangan. Makanya, masih banyak pekerjaan rumah yang mesti dibenahi di dalam negeri.

David Alexander, Wakil Ketua Umum Bidang Komunikasi Asosiasi E-Commerce Indonesia menjelaskan, peraturan mengenai pajak e-commerce yang belum jelas menjadi salah satu kendala dalam pertumbuhan e-commerce ke depannya.

Selain itu, infrastruktur koneksi internet yang masih rendah di dalam negeri serta penggunaan karut kredit yang masih minim juga menjadi beberapa kendala lainnya Di lain sisi, industri ini juga masih perlu waktu untuk memopulerkan belanja online kepada masyarakat terutama di daerah-daerah yang sebagian besar masih belum melek teknologi.

Kepercayaan masyarakat membeli barang secara di online juga masih terbilang rendah. Aulia Marinto, pemilik situs blanja.com menambahkan, adanya Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) e-commerce memang akan sangat dibutuhkan.

Namun, yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah adalah konten-konten yang terkandung di dalamnya. Dalam konteks ini, kita butuh pihak asing. Artinya, selain butuh dana dari pihak asing, teknologi informasi juga sangat diperlukan. Tapi jangan sampai terlalu terbuka dengan pihak asing. "Investor lokal harus juga diberi ruang yang seimbang," ujar Aulia.

Menurut Aulia berlakunya MEA di tahun depan akan mendatang peluang sekaligus tantangan yang perlu diantisipasi. E-commerce merupakan salah satu amunisi yang besar untuk Indonesia ketika bertarung di MEA nanti. Karena, bisnis ini dapat membawa produk-produk lokal Indonesia ke negara lain dengan lebih mudah. Ini juga menjadi misi blanja.com, bagaimana membawa produk lokal ke pasar internasional.

Tahapan bisnis e-commerce Indonesia saat ini masih sebatas ruang perkenalan sehingga belum memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi. Namun, ia yakin akan berpotensi memberikan dampak yang besar jika kendala-kendala yang ada bisa ditanggulangi. Sebab, industri ini merupakan hal baru, dengan komposisi yang baru. Bahkan pemerintah pun baru mendalami kebijakan untuk mendorong perkembangan industri ini.

Ketua Umum idEa Daniel Tumiwa memperkirakan saat ini sudah ada ratusan perusahaan yang bergerak di bisnis e-commerce di Indonesia. Transaksi dari tahun ke tahun terus meningkat begitu signifikan. "Minimal kenaikannya sampai empat kali lipat per tahun, bahkan ada yang mencapai pertumbuhan tujuh kali lipat," ujarnya.

Lila Nirmandari, Chief Financial Officer Elevenia, salah satu situs belanja online mengaku, perusahaannya yang baru berdiri 2014 silam ini mengalami pertumbuhan penjualan lima kali lebih besar dari tahun lalu. (Adisti Dini Indreswari/Kontan)