Penulis
Intisari-Online.com - Petenis papan atas dunia, Maria Sharapova, gagal dalam tes doping di Australia Terbuka, Januari lalu. Petenis berusia 28 tahun itu positif mengonsumsi meldonium.
“Saya gagal dalam tes doping dan siap bertanggung jawab sepenuhnya,” kata Sharapova, Senin (7/3/2016) malam, seperti dilansir BBC.
Sharapova mengatakan, ia secara legal mengonsumsi meldonium sejak 10 tahun lalu. Obat itu memang baru masuk dalam doping terlarang oleh International Tennis Federation (ITF) sejak 1 Januari 2016.
Menurut penjelasan Dr Peter Brukner, dokter olahraga dari La Trobe University Australia, meldonium adalah obat anti-iskemik yang membantu meningkatkan sirkulasi, terutama di bagian otak. Obat ini lebih populer di negara-negara bekas Soviet.(Baca juga: Pil Captagon, Doping yang Bikin Tentara ISIS Jadi Tentara Super)
"Meldonium juga dipakai untuk mengatasi masalah pada jantung seperti angina (saat ada aliran darah terhambat ke jantung), serangan jantung, gagal jantung, dan juga setelah stroke," kata Brukner seperti dikutip ABC News.
Sharapova mengenal meldonium sebagai obat anti-nyeri mildronate buatan Lativia. Obat ini memang tidak beredar di Amerika Serikat karena tidak mendapat persetujuan dari Food and Drug Administration.
Menurut Sharapova, ia mengonsumsi mildronate karena memiliki beberapa masalah kesehatan. "Saya gampang sakit karena kekurangan magnesium, saja juga memiliki irama jantung tak teratur, dan memiliki riwayat diabetes dalam keluarga," katanya.
Walau meldonium awalnya dipakai untuk mengobati gangguan jantung, tetapi dalam satu penelitian pada hewan diketahui bahwa obat ini mempunyai efek antidiabetes pada metabolisme tikus.
Namun, karena meldonium memiliki efek metabolik, World Anti-Doping Agency (WADA) mengelompokkan obat ini sebagai metabolik modulator. Obat ini masuk dalam kategori terlarang seperti insulin yang juga bisa dipakai untuk meningkatkan performa atlet.
Hasil penelitian yang dipublikasikan pada Desember 2015 menyebutkan, meldonium menunjukkan peningkatan performa ketahanan atlet, meningkatkan rehabilitasi setelah olahraga, melawan stres, dan meningkatkan aktivasi fungsi sistem saraf pusat.
Pada akhirnya, WADA melarang obat ini efektif pada awal Januari 2016.
(kompas.com)