Penulis
Intisari-Online.com -Film The Big Short yang akan tayang di Bioskop Trans TV pada Kamis (5 Januari 2023) ternyata berangkat dari kisah nyata.
Kisah tentang krisis 2008 yang berawal dari Amerika Serikat untuk kemudian berdampak di beberapa negara lain, termasuk di Indonesia.
Meski krisis tersebut memberikan dampak yang sangat buruk bagi perekonomian dunia, para ahli justru menganggapnya 'tak seberapa' jika dibandingkan dengan ancaman resesi tahun 2023.
The Big Short adalah sebuah film drama terkenal yang didasarkan pada buku non-fiksi yang berjudul sama karya Michael Lewis.
Film ini menceritakan tentang bagaimana sekelompok investor memanfaatkan kegagalan sistem keuangan global selama krisis keuangan tahun 2008-2009.
Mereka memprediksi terjadinya krisis tersebut dan memutuskan untuk memanfaatkannya dengan membeli "short" (investasi yang memperkirakan penurunan nilai) atas obligasi yang dianggap aman.
Namun, ketikakrisis tersebut benar-benarterjadi, mereka harus berhadapan dengan masalah moral dan etis tentang apakah seharusnya mereka terus bertahan pada posisi tersebut atau tidak.
Diproduksi olehPlan B Entertainment, dibintangi oleh aktor-aktor seperti Christian Bale, Steve Carell, Ryan Gosling, dan Brad Pitt.
Secara komersial, film yang dirilis pada 2015 tersebutmenghasilkan lebih dari AS$133 juta di seluruh dunia.
Sebuah angka hasil yang terasa berbanding 180 derajat dengan kondisi krisis 2008 yang mereka angkat dalam film The Big Short.
Baca Juga: Diklaim Jadi Film Paling Menakutkan, Veronica Justru Punya Kisah Nyata yang Jauh Lebih Mengerikan
Dilansir dari investopedia.com, Kamis (5/1/2023), krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008 adalah salah satu krisis keuangan terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah.
Ini disebabkan oleh runtuhnya pasar subprime mortgage (hipotek subprime), yaitu jenis pinjaman hipotek yang diberikan kepada peminjam dengan risiko kredit yang tinggi.
Melalui sistem ini, mereka yang memiliki riwayat kredit buruk atau tidak memiliki jaminan yang cukup untuk memenuhi persyaratan pinjaman hipotek standar.
Risiko yang lebih tinggi tersebut membuat tingkat suku bunga yang ditawarkan dalam hipoteksubprimebiasanya lebih tinggi daripada tingkat suku bunga pinjaman hipotek standar.
Namun, ketika banyak dari peminjam hipoteksubprime tidak dapat membayar kembali pinjaman mereka, banyak perusahaan yang berinvestasi dalam hipoteksubprime mengalami kerugian besar.
Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan turunnya harga-harga rumah dan menyebabkan banyak orang kehilangan tempat tinggal mereka.
Krisis ini tidak hanya mempengaruhi pasar hipotek, tetapi juga merambat ke sektor keuangan lainnya, termasuk pasar saham dan pasar uang.
Banyak bank dan perusahaan keuangan besar sepertiLehman Brothers yang terlibat dalam investasi hipotek subprime mengalami kebangkrutan atau kehilangan kepercayaan pasar, yang menyebabkan turunnya nilai saham mereka.
Ekonomi dunia pun terguncang seiring dengan terguncangnya ekonomi sang Negara Adidaya, Amerika Serikat.
Harga-harga saham dan nilai mata uang di seluruh dunia turun karena kepanikan yang terjadi di pasar keuangan global akibat krisis keuangan di Amerika Serikat.
Baca Juga: Serial 1899 Tidak Dilanjutkan, Terungkap Ini Kisah Kelam Film 1899 Terinspirasi dari Kisah Nyata Ini
Selain itu, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan hampir di seluruh negara di dunia karenaturunnya permintaan global dan menurunnya investasi asing.
Indonesia yang kala itu dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun turut merasakan beberapa dampak.
Mulai dari turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. , penurunan harga-harga komoditas, terutama komoditas ekspor Indonesia seperti minyak sawit, karet, dan batubara, menurunnya investasi asing di Indonesia, hingga menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia
Sangat mengerikan bukan? Sayangnya, seorang ekonom dunia, Nouriel Roubini justru menyebut bahwa krisis 2008 memiliki dampak yang lebih kecil dibandingkan dengan ancaman resesi 2023.
Pria yang dijuluki "Mr. Kiamat" karena ramalannya tentang krisis 2008 sangat tepat tersebut menyebut bahwa resesi 2023 merupakan gabungan krisis 2008 dengan krisis 1970.
Pada tahun tersebut, dunia mengalami stagflasi, yaitukeadaan inflasi yang sangat tinggi dan berkepanjangan, ditandai dengan macetnya kegiatan perekonomian.
Jika pada 1970 krisis memicu inflasi namun tidak dibarengi dengan masalah utang. Sementara pada 2008 krisis tidak memicu inflasi namun memicu ledakan utang dunia.
Sedangkan pada resesi 2023,Roubini meramal bahwa krisis yang terjadi akan memicu inflasi sekaligus ledakan utang.
Seburuk itukah? Rasa-rasanya kita memang perlu menelaah krisis 2008 melalui filmThe Big Short.