Penulis
Intisari-Online.com – Antropolog Kanada Peter Frost menunjukkan bukti historis dalam masyarakat pemburu di Eropa Utara ribuan tahun lalu. Karena sulitnya mencari nafkah, para pria hanya mampu memiliki satu pasangan. Kebetulan tanda paling mudah perempuan untuk dikenali adalah rambutnya.
Warna pirang rambut, yang disebabkan oleh varian dalam gen yang disebut MC1R, terdapat dalam 40% dari populasi di Skandinavia dan sekitar 2% populasi dunia – dan jutaan lainnya yang sengaja mengecat rambut jadi pirang.
Manusia modern, terutama di negara Barat, tertarik pada perempuan pirang karena alasan yang sama dengan para leluhur: lebih menonjol. Secara alamiah mata manusia mudah tertarik pada sinar dan warna-warna terang. Jadi jelas, rambut pirang lebih memancing perhatian.
Rambut pirang juga dikesankan dengan jiwa muda dan kesuburan. Tapi media Barat mengasosiasikannya dengan sifat feminin, seksi, bebas, menggoda, dan menyenangkan. Itu muncul dalam diri Marilyn Monroe, Barbie, Paris Hilton, Scarlet Johansson. Bahkan Beyonce dan Mary J. Blige pun mengecat rambut.
Majalah seperti Ladies’ Home Journal, Vouge, dan terutama Playboy memajang perempuan bule dalam sampulnya dengan komposisi: 68% rambut cokelat, 27% pirang asli maupun buatan, dan 5% merah.
Tak diketahui hasil penjualan setiap edisi. Tapi pemuatan perempuan rambut pirang dalam sampul jelas sebuah cara untuk memikat. Paling kurang di AS, seperti ditunjukkan hasil layanan kencan lewat internet dalam sebuah periode: 12.000 pria mengharapkan pacar berambut pirang.
Pertanyaan berdasarkan buku laris karya Anita Loos, Gentlemen Prefer Blondes yang ketika difilmkan dibintangi Marilyn Monroe dan laris menemukan jawaban “ya”. Padahal tak banyak orang tahu, tiga tahun setelah itu Loos menerbitkan buku lanjutannya, But Gentlemen Marry Brunettes (Tapi Mereka Menikahi Si Rambut Cokelat). (Healthy Sexual Life)