Penulis
Intisari-online.com - Mungkin seringkali kita melihat pekerjaan rumah seringkali dikerjakan wanita.
Sementara pria cenderung pasif dalam hal mengerjakan pekerjaan rumahan.
Lantas apa penyebabnya, mengapa pria memiliki kecenderungan lebih malas mengerjakan pekerjaan rumah ketimbang wanita.
Ketidakseimbangan gender dalam pekerjaan rumah tangga dapat dijelaskan.
Dengan adanya perbedaan persepsi antara pria dan wanita tentang masalah ini, kata seorang filsuf sains di Universitas Cambridge Inggris.
Wanita yang melihat permukaan yang kotor merasakan kebutuhan mendesak untuk membersihkan.
Sementara pria tidak merasa itu adalah prioritas, kata para peneliti dalam jurnal Philosophy & Phenomenological Research.
Studi tersebut dilakukan selama wabah Covid-19, ketika pria dan wanita menghabiskan lebih banyak waktu di rumah.
Menurut survei keluarga Amerika, 70% wanita mengatakan mereka harus mengurus sebagian besar pekerjaan rumah tangga.
Kemudian, sebanyak 66% mengatakan mereka terutama mengurus anak-anak mereka.
Tom McClelland, filsuf peneliti sains dari University of Cambridge di Inggris.
Mereka mengatakan ketimpangan dalam pekerjaan rumah tangga masih ada dan ada cara ilmiah untuk menjelaskannya.
Menurut hasil penelitian, saat seorang wanita masuk ke dapur, mereka cenderung ingin semuanya rapi, piring harus dicuci atau lemari es sudah terisi penuh.
Pria juga melihat piring yang belum dicuci, dapur yang berantakan, atau lemari es yang kosong, tetapi tidak merasakan "dorongan spiritual" untuk membersihkan seperti wanita.
Seiring waktu, perbedaan-perbedaan kecil ini menciptakan perbedaan yang signifikan dalam apa yang dilakukan satu orang dan yang tidak dilakukan orang lain.
Namun penelitian tersebut tidak dimaksudkan untuk memberikan alasan bagi laki-laki "malas" melakukan pekerjaan rumah tangga.
Persepsi dibentuk oleh kenyataan, dan orang dapat melatih diri untuk menciptakan kebiasaan yang baik, kata peneliti McClelland.
"Misalnya, saat menunggu air mendidih, lihat sekeliling apakah ada yang perlu dibersihkan. Lambat laun, itu menjadi kebiasaan dan otomatis Anda akan membersihkan saat melihat kekacauan, tidak pas," tambah peneliti McClelland.
McClelland mengatakan penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena semacam itu dari perspektif akademis.
Ini dapat berdampak pada bidang kebijakan seperti cuti berbayar bagi laki-laki untuk mengasuh anak.
"Jika seorang pria memiliki lebih banyak waktu luang untuk merawat anak-anaknya," katanya.
"Dia akan lebih peduli dengan kebutuhan perawatan itu dan itu akan mengarah pada distribusi perawatan yang lebih adil dan pembagian kerja di masa depan," kata McClelland, menurut SCMP.