Find Us On Social Media :

Di Indonesia, 75 Persen Pengunduh Permainan Seksual adalah Pria

By Ade Sulaeman, Minggu, 28 Agustus 2016 | 17:15 WIB

Di Indonesia, 75 Persen Pengunduh Permainan Seksual adalah Pria

Intisari-Online.com - Pada bulan Mei lalu, sebuah produsen permainan seks terkemuka, We-Vibe, merilis hasil penelitian mereka yang menyatakan bahwa wanita lebih tertarik untuk menggunakan permainan seksual dibanding pria.

Namun, ternyata 75 persen dari pembeli permainan seksual di Laci Asmara, distributor permainan seksual pertama di Indonesia, adalah pria.

Hal ini diungkapkan oleh Susanti Rendra, pendiri dari Laci Asmara, yang ditemui oleh Kompas.com di kediamannya, Jakarta, Rabu kemarin (24/08/2016).

“75 persen pembeli Laci Asmara adalah pria dan beruntunglah perempuan-perempuan yang mendapatkan laki-laki yang mau bermain-main bersama dan memberikan kelebihan tersebut,” ujarnya.

Dari segi umur, Susanti mengatakan bahwa pembelinya yang paling muda berusia 26 tahun.

Lalu, pembeli Laci Asmara juga tidak hanya di Jakarta saja, tetapi juga di Banjarmasin, Medan, dan beberapa daerah lainnya.

Susanti bercerita bahwa setelah diwawancarai oleh BBC Indonesia yang diudarakan di Radio Elshinta, dia kebanjiran pembeli yang mengetahui Laci Asmara dari media tersebut.

“Aku ingat pada hari Senin kita mendapat banyak pembeli dari pendengar BBC yang kebanyakan laki-laki, tetapi mungkin juga mereka browsing dan tahu dari orang lain. Ya, sepertinya kebanyakan tahu dari orang lain,” tuturnya.

Kemudian, Susanti juga menjelaskan, mainan yang pertama terjual adalah bola kegel. Produk ini biasanya direkomendasikan oleh ginekolog kepada wanita untuk mengenali dan melatih otot-otot yang sudah longgar, entah karena aktif secara seksual, faktor umur, atau pasca melahirkan.

Setelah melahirkan banyak wanita yang mengalami inkontinensia atau ketidakmampuan untuk menahan air kencing. Untuk menangani kondisi ini, Susanti merekomendasikan bola kegel yang telah banyak dijual di Indonesia.

Namun, kini kebanyakan dari pembeli lebih menginginkan produk permainan seksual dengan fitur dasar saja.

(Shierine Wangsa Wibawa/kompas.com)