Kenali 6 Tanda Narsis Pada Diri Anda!

Okke Nuraini Oscar

Penulis

Kenali 6 Tanda Narsis Pada Diri Anda!

Intisari-Online.com - Jika percaya dan mencintai diri berlebihan nampaknya bukan lagi menjadi sesuatu yang baik, mungkin beberapa orang tidak akan menyukai Anda. Berikut adalah enam tandanya, apakah Anda termasuk?

1. Mendengarkan secara sepihakOrang-orang dengan sifat narsis cenderung menolak dan mengabaikan untuk mendengar. Jika berada pada suatu perdebatan Ia cenderung melontarkan komentar yang tidak relevan dengan nada “merendahkan” merupakan indikator orang yang memiliki tingkat kenarsisan sangat kuat.2. Semua tentang dirinyaMereka akan merasa superior “Aku tahu lebih banyak, saya tahu lebih baik, aku lebih menarik”. Sebagian besar hanya tentang dirinya. Hampir pada setiap percakapan, orang dengan tingkat kepedean yang tinggi mendominasi obrolan dengan membicarakan apa yang telah ia lakukan atau apa yang ia pikirkan.

3. Aturan tidak berlaku untuk “saya”Bisa dibilang, orang-orang yang terlampau bahaya tingkat kenarsisan pada dirinya dapat menjadi individu yang egois dan culas. Inilah yang disebut Tall Man Syndrome. Mereka merasa dirinya lebih “tinggi” dibandingkan dengan yang lain sehingga peraturan umum tak berlaku baginya. Dalam istilah Bahasa Indonesia, mungkin istilah ini lebih dikenal dengan nama “congkak”.4. Senang mengkritik, tapi tak suka dikritikKetika para narsisis ini mengkritik sesuatu, maka yang ada pada pemikirannya hanyalah menurut sudut pandang dirinya. Selain itu, karena mereka berpikir semua tentang dirinya, mereka mendengar upaya orang lain untuk berpendapat sebagai kritik terselubung untuk mereka. Dan tentu saja, mudah tersinggung.

5. Kesalahan bukan ada pada dirinyaJangankan untuk meminta maaf, mengakui kesalahannya saja tidak. Sensitivitas terhadap kritik berdampak ketidaksanggupan mereka untuk belajar dari kesalahan.6. Mudah marahBeberapa orang dengan tingkat percaya diri yang terlalu tinggi mampu menunjukkan pesona dan supel. Namun pada saat yang sama, orang-orang ini juga bisa menjadi cepat marah. Ketika mereka mulai meradang, mereka kemudian segera melemparkan kemarahan mereka pada orang lain.

(Susan Heitler/ Psychology Today)