Find Us On Social Media :

Patah Hati Ternyata Mengancam Kesehatan Fisik dan Jiwa Kita

By Okke Nuraini Oscar, Rabu, 15 Juni 2016 | 08:00 WIB

Patah Hati Ternyata Mengancam Kesehatan Fisik dan Jiwa Kita

Intisari-Online.com - Patah hati memang terasa begitu menyakitkan. Banyak orang yang mengalami patah hati menjadi mudah depresi, murung, bahkan sampai mengganggu pola makan dan tidur. Tapi nyatanya, patah hati juga mengancam kesehatan fisik dan jiwa kita.

Patah hati sering dikaitkan dengan kehilangan. Entah karena baru saja putus dengan pasangan, atau bahkan yang lebih buruk ditinggal oleh orang yang kita cintai. Fase-fase yang sulit tersebut disadari atau tidak akan menimbulkan rasa sakit di rongga dada bagian kiri Anda.

Bila dijelaskan secara ilmiah, masa-masa sulit ini dapat memicu kinerja jantung yang tidak teratur karena terjadi lonjakan hormon akibat stress. Menurut Mayo Clinic, hal ini juga dapat terjadi ketika menanggapi berita buruk.

Peneliti dari Jepang, Takotsubo, yang menemukan cardiomyopathy, juga dikenal sebagai kardiomiopati stres atau broken heart syndrome menyebutkan kondisi ini ditandai dengan nyeri dada secara tiba-tiba dan sesak napas. Kedua hal ini bisa dipicu oleh faktor seperti adanya peristiwa atau fase yang emosional dalam hidup.

Para peneliti dari Minneapolis Heart Institute mempelajari 200 pasien dengan stress kardiomiopati untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik soal patah hati. "Kondisi seperti ini ternyata tidak sejinak seperti yang diperkirakan, angka kematian yang disebabkan oleh patah hati juga tidak sedikit,” ujar Dr. Scott Sharkey, seorang ahli jantung di Minneapolis Heart Institute Foundation, seperti yang dilansir dalam laman Yahoo News. Penelitian yang mereka lakukan diterbitkan dalam American Journal of Medicine. Kesimpulan penelitian itu menyebutkan, broken heart syndrome memiliki gejala serupa dengan arteri yang tersumbat. Kinerja jantung yang tidak normal saat patah hati biasanya hilang setelah satu sampai empat minggu, tetapi jika masih terasa nyeri, pasien akan menerima perawatan yang lebih intensif. Dari 45 pasien kardiomiopati yang dirawat, sembilan di antaranya meninggal meskipun sudah ada intervensi tim medis.

Dr. Scott Sharkey mengingatkan, patah hati membawa dampak buruk bagi kesehatan. Risikonya bahkan bisa berlanjut hingga kanker, Alzheimer, dan pendarahan pada otak.