Find Us On Social Media :

Inilah 9 Alasan Mengapa Memberi Lebih Mudah Dari Menerima (2)

By Tika Anggreni Purba, Kamis, 23 Juni 2016 | 15:15 WIB

Inilah 9 Alasan Mengapa Memberi Lebih Mudah Dari Menerima (2)

Intisari-online.com—Kita semua diajari bahwa kasih sayang berarti mau memberi. Jika kita mencintai seseorang, kita akan memberikan apa yang kita punya tanpa meminta balasan. Terdengar sangat baik dan terpuji. Namun tahukah kita untuk membangun sebuah hubungan yang erat tidak cukup hanya dengan memberi.

Kita juga harus belajar untuk menerima agar hubungan dengan orang lain berjalan dengan seimbang. Mengapa menerima menjadi lebih sulit? Berikut ini lanjutan daftar alasan mengapa memberi lebih mudah dari menerima:

6. Takut kehilangan kontrol

Ketika kita memberi, yang memegang kontrol dalam sebuah hubungan itu adalah kita. Kita mungkin mudah untuk menawarkan kebaikan dengan kata-kata yang manis serta hadiah. Kita akan terlihat sebagai orang yang dermawan dan baik. Berbeda ketika kita menerima.  Menerima membuat kita tidak berada di posisi pemegang kontrol. Sering kali karena itu kita enggan menerima.

7. Takut dimanfaatkan

Kita enggan menerima karena takut terjebak dalam posisi yang tidak nyaman. Apalagi jika kita sulit percaya bahwa ada orang yang tulus di dunia ini. Kita takut dikenali sebagai orang “telah diberikan” sesuatu.

8. Kita percaya bahwa menerima adalah bentuk keegoisan

Norma sosial mungkin mengari kita bahwa kita adalah orang yang egois jika kita hanya menerima. Sehingga kita merasa malu untuk menerima dari orang lain. Padahal menerima dengan kerendahan hati justru memberi warna dan ritme baru dalam hidup kita. Kita perlu menyeimbangkan memberi dengan menerima.

9. Merasa tertekan untuk membalas

Menerima dari orang lain membuat kita merasa harus membalas kebaikannya suatu waktu nanti. Selain itu kita mungkin berpikir apa yang diharapkan orang lain ketika ia memberi sesuatu pada kita. Persepsi dan prasangka buruk ini bisa mempengaruhi kita untuk menerima sesuatu dari orang lain. Jika semua orang sibuk untuk memberi, lalu siapa yang akan menerima semua kebaikan dari pemberian itu? 

(psychologytoday.com)