Find Us On Social Media :

Rahasia di Balik Kalimat 'Saya Tidak Marah, Hanya Kecewa'

By Tika Anggreni Purba, Jumat, 19 Agustus 2016 | 14:30 WIB

Rahasia di Balik Kalimat 'Saya Tidak Marah, Hanya Kecewa'

Intisari-online.com—Bukankah kalimat “saya enggak marah kok, hanya kecewa saja,” menggambarkan dua kali lipat kesedihan? Banyak hal yang membuat kita bisa merasakan marah serta kecewa. Baik itu masalah kecil, maupun masalah yang besar.

Kesalahan seperti hari ulang tahun pernikahan dilupakan , tidak sengaja benda berharga milik kita dirusakkan, bahkan dikhianati oleh teman sendiri bisa jadi membuat kita ingin marah. Dan pasti, jika mereka menyadari kesalahannya, mereka akan meminta maaf.

Dalam situasi itu, kalimat tadi muncul. Namun tahukah Anda bahwa kalimat itu justru lebih menyakitkan didengar oleh mereka yang bersalah pada kita? Hal ini disebabkan karena kalimat itu tidak menunjukkan kita sudah memberi maaf dengan tulus. Tidak pula memberi kelegaan bagi pelaku kesalahan itu ketika dia meminta maaf.

Dalam kalimat itu, tersirat makna bahwa kita tidak benar-benar menerima kesalahan itu. Karena itu, saat orang bersalah pada kita, sadarlah bahwa kalimat itu tidak akan menyelesaikan masalah. Jika memang Anda harus marah, marahlah. Sebab marah karena sebuah kesalahan juga menggambarkan teguran yang berisi kasih dan kepedulian terhadap orang itu.

Marah juga menunjukkan bahwa kita memiliki keinginan agar persoalan itu bisa selesai dan ia dapat berubah menjadi lebih baik. Jangan salah, kita mungkin berpikri bahwa marah bukanlah emosi yang baik. Terkadang hal ini malah lebih baik ketimbang kalimat “saya tidak marah hanya kecewa” yang sangat familiar itu.

Saat kita memilih untuk marah akan kesalahan orang lain bukan berarti tidak ada pengampunan di situ. Namun itu juga menunjukkan kepedulian dan keinginan kita agar setiap orang merenungkan kesalahannya. Kalimat “tak marah namun kecewa” justru membuat hubungan menjadi canggung.

Tapi ada kalanya kalimat itu berguna khususnya untuk mengajari anak-anak. Kekecewaan akan lebih terasa menohok di hati anak-anak ketimbang kemarahan.

Jadi, tujukanlah kemarahan dan kekecewaan kepada dia yang pantas menerimanya. Jangan abu-abu, antara marah dan kecewa memiliki peran besar dalam kelangsungan hubungan.

(psychologytoday.com)