Ada Bahaya Di Balik Mengajari Anak Terlalu Optimis

Tika Anggreni Purba

Penulis

Ada Bahaya Di Balik Mengajari Anak Terlalu Optimis

Intisari-Online.com—Banyak orangtua yang mengajarkan anaknya untuk optimis. “Kamu pasti bisa melakukannya!” Tentu saja, semua orangtua ini meningkatkan keberanian si anak untuk mencapai keinginannya dan tidak membatasi dirinya.

Hal ini memang benar, tapi ada sisi buruk dari kata-kata pendongkrak keberanian itu. Sebab tentu saja tidak semua orang bisa jadi pemain basket, model, hingga memenangkan nobel perdamaian, kan? Kita memiliki batasan pada riri masing-masing. Hal itu berarti kita tidak bisa melakukan semuanya.

Di sisi lain, kesempatan juga memainkan peran yang besar dalam kesuksesan seseorang. Bukan saja usaha dan perjuangan, namun ada faktor-faktor lainnya.

Peneliti menemukan bahwa ketika kita membangun ambisi yang terlalu tinggi dalam diri kita, ambisi itu bisa menjadi bumerang. Contohnya, menghalalkan segala cara untuk menggapai ambisi itu. Bahkan membuat diri merasa gagal ketika tidak bisa mencapainya.

Memberitahu anak-anak bahwa dia bisa melakukan segalanya akan membuat ia menciptakan visi tanpa peta yang jelas. Sama saja halnya dengan membuat cita-cita namun tidak tahu bagaimana cara mencapainya.

Ketimbang memberi tahu pada anak bahwa ia bisa melakukan segalanya, ajari mereka tentang prinsip 3P: Practice, Patience, dan Perseverance. Ya, latihan, kesabaran, dan ketekunan. Dengan berlatih, ia akan memiliki effort yang lebih. Ia bisa semakin berkembang dengan apa yang dipelajarinya.

Kedua, kesabaran. Kualitas yang baik tentu tidak terbentuk dengan cara yang gampang. Sehingga kesabaran bisa jadi kekuatan agar tetap gigih meraih cita-cita. Ada proses untuk semua pencapaian. Terakhir adalah ketekunan. Ketekunan akan selalu membuahkan hasil yang baik.

Kejelasan seperti inilah yang harus dipahami anak-anak. Misalnya suatu waktu anak tampak menyerah dalam mengerjakan PR dan berkata “Aku tidak bisa!,”. Dari pada mengatakan padanya “kamu pasti bisa”, “kamu pasti bisa, sini mama ajari caranya”. Cobalah untuk mengatakan, “ilmu alam memang pelajaran yang sangat menantang dan sedikit sulit. Tapi bukan berarti tidak bisa dikerjakan, semakin sering kamu belajar, semakin mudah jawabannya akan ditemukan.” Kemudian dukunglah anak untuk mengerjakan soal itu sendiri semampunya tanpa memberinya jawaban.

Sama halnya jika Anda menunjukkan orang-orang yang berprestasi padanya. Ceritakan bahwa prestasi bisa didapatkan orang hebat itu karena mereka bekerja keras, belajar, dan berproses untuk meraihnya.

(psychologytoday.com)