Penulis
Intisari-Online.com -Pesta Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan pada Sabtu (29/10/2022) malam, berakhir tragis.
Dilaporkan oleh The Washington Post, Minggu (30/10/2022), tragedi ini setidaknya mengakibatkan 151 orang meninggal dunia dan 82 orang terluka.
Jumlah tersebut meningkat dari konfirmasi pada Minggu pukul 06.00 waktu setempat, yakni sebanyak 149 orang tewas dan 76 terluka.
Puluhan dari korban meninggal tersebut dilaporkan mengalami henti jantung, sebagaimana dikutip Antara.
Mereka juga sempat mendapatkan resusitasi jantung paru atau CPR, pertolongan pertama pada pasien henti jantung atau henti napas.
Lalu, apa itu henti janung dan bedanya dengan serangan jantung?
Dikutip dari Kompas.com, henti jantung adalah kondisi di mana jantung berhenti memompa darah ke seluruh tubuh karena tidak berdetak secara efektif.
Seseorang yang mengalami henti jantung akan kehilangan kesadaran dalam hitungan detik, dan bisa meninggal dunia jika tidak tertangani dalam beberapa menit.
Henti jantung ini lebih fatal dibanding dengan serangan jantung.
Kondisi itu adalah saat darah tidak mengalir ke seluruh tubuh dan organ lain kekurangan oksigen.
Hal ini sangat membahayakan otak, dan sering menyebabkan cedera neurologis mereka yang selamat dari henti jantung.
Sementara, serangan jantung adalah penyumbatan di arteri yang mencegah darah mengalir ke jantung, dan memicu kerusakan pada otot.
Serangan jantung besar (major heart attack) akan membuat arteri tersumbat, dan memerlukan perawatan segera.
Serangan jantung yang parah bahkan dapat memicu henti jantung, atau gagal jantung (kondisi di mana jantung gagal memberikan darah ke tubuh, namun tidak sepenuhnya berhenti berdetak).
Beberapa faktor penyebab risiko penyakit jantung pada orang yang berusia muda atau di bawah 40 tahun, yaitu:
1. Asupan makanan tidak seimbang
Penyakit jantung bisa berisiko tinggi jikalau asupan makanan dan minuman yang masuk ke tubuh tidak sehat.
Asupan makanan yang dimaksud adalah rendah protein, vitamin dan serat.
Menurut penelitian dari Mondales, setiap tahun Indonesia masuk dalam daftar kalangan yang suka ngemil atau mengonsumsi camilan.
Cemilan yang dikonsumsi tinggi garam, gula, dan lemak jenuh (ggl).
Waktu mengemil hampir 3 kali sehari, sedangkan makanan berat dikonsumsi 2,5 kali sehari.
2. Aktivitas fisik yang kurang
Aktivitas fisik yang kurang memicu penyakit jantung pada anak muda.
Solusi yang dapat dilakukan adalah meluangkan waktu berolahraga.
Berdasarkan penelitian, hal tersebut mengurangi risiko 15 persen serangan jantung dan 14 persen kematian dini.
3. Merokok
Perokok aktif dan pasif berisiko sakit jantung, baik rokok biasa maupun elektrik.
Andi mengungkapkan, orang yang merokok biasanya dari usia 15-19 tahun, sebesar 52,1 persen.
Solusinya, olahraga cukup selama 3-5 hari dalam seminggu, durasi 30-60 menit secara bertahap.
Selain itu, dia menyarankan untuk mengurangi konsumsi kalori berlebih, meningkatkan konsumsi serat, usahakan kurangi makanan olahan, dan berhenti merokok.
4. Stres
Penyebab risiko penyakit jantung usia muda selanjutnya adalah stres.
Orang yang tidak bisa koping kepada stres akan berisiko.
Terkadang orang juga merasa inferior terhadap stres.
Koping adalah cara individu menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.
Sementara, inferior adalah perasaan yang cenderung menganggap diri rendah.
Baca Juga: Ramai Istilah CPR AGara-gara Insiden Itaewon, Ternyata Ini Pengertian CPR dan Cara Melakukannya
(*)