Penulis
Intisari-online.com—Sekilas terlihat seperti tarian, ada pula gerakan pertarungan, ditambah gerakan akrobatik yang menawan. Alunan musik yang disebut Jogo tampaknya mengatur keluwesan tubuh. Ya, inilah capoeira.
Sekitar tahun 1500-an banyak budak di Brasil yang berupaya melarikan diri dari sistem perbudakan yang menekan. Demi keselamatan dan bertahan dari kejaran juragan yang memburu, mereka mulai latihan bela diri.
Namun agar aksi itu tersamarkan, para budak itu melakukannya dengan musik dan tarian. Padahal, di balik gerakan yang terlihat gemulai itu, tersimpan kekuatan untuk pertahanan diri.
Ratusan tahun berlalu, kini capoeira menjadi olahraga nasional Brasil yang sudah menyebar ke berbagai belahan dunia. Bahkan sejak masuk ke Indonesia sekitar 12 tahun silam, olahraga ini masih terus bertahan dan digemari banyak orang.
Berbagai komunitas capoeira tumbuh subur. Biasanya, komunitas terbentuk mengikuti nama mestre (master capoeira dengan level paling tinggi) yang mengajar mereka dan grup internasional yang diikuti oleh sang mestre.
Salah satu komunitas capoeira di Indonesia adalah Grupo Capoeira Brasil Indonesia (GCBI) Mestre Itabora yang berdiri di tahun 2003. Komunitas ini merupakan grup capoeira yang dibimbing Mestre Itabora, seorang master capoeira asal San Fransisco sejak tahun 2006. Kemudian pada 2014 mereka resmi berada di bawah naungan Grupo Capoeira Brasil Internasional, yang berpusat di Brasil. GCBI juga dibentuk di beberapa wilayah di Indonesia, seperti di Jakarta, Bandung, Lampung, Padang, Bali, Depok, dan Bekasi.
Bisa dikatakan, capoeira merupakan olahraga paling komplet karena memadukan seni musik, seni tari, dan bela diri. Dengan gerakan tari dan alunan musik itu, capoeira jauh dari kesan kaku dan serius. Tak heran kalau wajah para capoeirista (pelaku capoeira) selalu tampak cerah ceria kala berlatih maupun saat pertarungan.
Ahmad Aswarji, pelatih GCBI di Plaza Mandiri Jakarta Pusat membenarkan keunikan olahraga ini. “Selain bermanfaat bagi kesehatan, kami juga membangun persahabatan, sehingga suasananya asyik dan ceria,” kata Arji, panggilan akrabnya. Menariknya lagi, anak-anak hingga orang tua bisa mengikutinya. Bahkan, Arji pernah melatih murid berusia 55 tahun. Sejak 2003, sekitar 1000 orang capoeirista telah bergabung bersama GCBI.
Di GCBI Jakarta, kebanyakan capoeirista berasal dari pekerja kantoran. Mereka ingin aktif bergerak setelah bekerja. Kita tentu tahu kalau duduk sepanjang hari di kantor dapat merugikan kesehatan. Bagi mereka, capoeira merupakan solusi tepat untuk tetap sehat dan bugar.
Capoiera juga bermanfaat dalam proses pembentukan mental bagi anak-anak. Mereka yang bergabung dengan capoeira sejak kecil biasanya bisa merasakan manfaat ini. “Ada orangtua bercerita, anaknya yang dulunya pendiam jadi lebih periang, yang tadinya pemalu jadi lebih mampu berinteraksi serta percaya diri,” jelas Arji.
Bisa jadi hal itu karena karena dalam grup dibiasakan budaya humble and respect. Senior tidak boleh merasa sok jago dan junior juga belajar menghargai seniornya. Bahkan banyak pula orang-orang yang akhirnya semakin jatuh cinta dengan capoeira karena keseruan pergulan dalam grup.
Bagi perempuan, khususnya yang sedang dalam program penurunan berat badan, olahraga ini juga menjanjikan. Karena kabarnya, capoeira dapat memangkas lemak dengan cepat. Tidak sedikit perempuan yang menjadi capoerista karena alasan ini.
Karena banyak menggunakan gerakan dengan kaki, capoeira juga membantu proses pembentukan kekuatan otot kaki yang dapat mencegah terjadinya osteoporosis. Bahkan dengan rutin melakukan olahraga ini, impian untuk memiliki tubuh atletis juga dapat tercapai. Dan tentu yang tak kalah penting, melalui olahraga ini kita bisa berlatih teknik bela diri. Bekal ini akan terasa manfaatnya pada situasi di mana kita perlu mempertahankan diri.