Di Beberapa Pekerjaan, Wanita Mudah Stres Jika Lingkungannya Mayoritas Pria

Mentari Desiani Pramudita

Penulis

Di Beberapa Pekerjaan, Wanita Mudah Stres Jika Lingkungannya Mayoritas Pria

Intisari-Online.com- Emansipasi wanita pertama kali digalangkan oleh R.A. Kartini. Dalam biografinya, ia ingin menyetarakan gender antara pria dan wanita. Penyetaraan gender sebenarnya sudah terjadi dibeberapa tempat dan hal. Seperti di tempat kerja. Wanita sudah mulai mendapatkan posisi yang tinggi disebuah perusahaan. Sayangnya ada beberapa hal yang tidak memberikan efek positif.

Sebuah studi dari American Sociological Association menemukan wanita akan mudah stres jika bekerja dilingkungan yang mayoritas dihuni pria. Hal ini akan menganggu emosional wanita secara perlahan.

Dari 440 responden wanita, 85 persen bekerja bersama karyawan pria mengalami masalah kesehatan. Artinya hanya 15 persen saja yang wanita ‘santai’ karena bekerja bersama wanita lainnya.

Studi menemukan wanita mudah menderita stres berkepanjangan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan hormon kortisol. Hormon jenis ini diproduksi ketika tubuh mengalami stres. Studi melihat adanya peningkatan hormon kortisol pada diri wanita.

Hal serupa juga diucapkan studi dari Indiana University. Hasil studi ini menemukan, wanita yang bekerja di lingkungan banyak pria akan berjumpa beberapa tantangan. Seperti isolasi sosial, tekanan bekerja, sampai pelecehan seksual. Akan ada yang meragukan kompetensi seorang wanita sehingga membuat dirinya kurang produktif dalam bekerja.

“Jika terus berjumpa dengan ini semua, maka berakibat sangat buruk dan stres setiap hari,” jelas hasil studi tersebut.

Tapi kedua studi ini juga menambahkan bahwa itu semua tidak mencangkup semua pekerjaan dan perusahaan. Beberapa pekerjaan yang dimaksud dalam studi seperti bagian kosntruksi, insiyur, seniman, dan bidang olahraga.