Find Us On Social Media :

Lebih dari Satu Juta Anak Suriah Menjadi Pengungsi

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 4 September 2015 | 18:00 WIB

Lebih dari Satu Juta Anak Suriah Menjadi Pengungsi

Intisari-Online.com - Sebuah foto yang memperlihatkan seorang anak pengungsi Suriah berusia tiga tahun bernama Aylan Kurdi, tertelungkup di tepi sebuah pantai di Turki dalam kondisi tidak bernyawa, tengah menjadi pembicaraan. Aylan bukan satu-satunya pengungsi anak yang ingin menyeberangi lautan menuju Eropa—yang sebagian dari mereka akhirnya mati tenggelam—karena lebih dari satu juta anak Suriah kini resmi menjadi pengungsi.

Seorang juru bicara UNHCR mengatakan, jumlah pengungsi Suriah, yang anak-anak, yang terdaftar hampir mencapai dua juta. Sebagian besar dari mereka berusia kurang dari 12 tahun. Mereka terpaksa ikut keluarganya mengungsi ke negara-negara yang sama sekali asing bagi mereka.

UNHCR juga mencatat, dari 2,1 juta pengungsi Suriah yang melarikan diri ke negara tetangga dan telah terdaftar di Mesir, Irak, Yordania, atau Lebanon, satu juta lebihnya berusia di bawah 18 tahun. Sementara sekitara 808 ribu pengungsi berusia di bawah 12 tahun. Sementara untuk sekitar 1,9 pengungsi yang masuk di Turki belum diketahui data demografisnya.

“Saya pikir sangat normal jika sebagian besar pengungsi adalah perempuan dan anak-anak,” kata Ariane Rummery, perwira komunikasi senior UNHCR yang fokus kepada Suriah dan Irak, kepada Mashable. Sementara laki-laki, menurutnya, lebih banyak bertahan untuk menjaga rumah, dan sebagian dari mereka meninggal dalam konflik.Putus sekolah 

Statistik kurang jelas juga berlaku untuk pengungsi Suriah yang masuk Eropa. Sekitar 16.300 warga Suriah di bawah 18 tahun, dan sekitar 12 ribu di bawah 14 tahun telah meminta suaka di Uni Eropa tahun ini, menurut Eurostat. Sementara untuk mereka yang mengungsi, tapi masih di dalam negeri, angkanya mencapai 7,6 juta dan setengah dari mereka adalah anak-anak.

Di seluruh dunia, jutaan anak-anak telah kehilangan rumah mereka dan sebanyak 13 juta anak-anak melarikan diri dari konflik Timur Tengah dan Afrika itu dipaksa keluar dari sekolah mereka. UNICEF menyebut musibah ini sebagai “generasi yang hilang”.

Untuk diketahui, sekitar 9.000 sekolah di Irak, Suriah, Libia, dan Yaman telah hancur atau rusak, sebagian lagi diambil oleh mereka yang bertikai, atau digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi para pengungsi.

Tak hanya itu, anak-anak yang telah melarikan diri dari negara mereka sering menemukan bahwa sekolah di “rumah baru” mereka tidak memiliki ruang untuk mereka. Sekitar 700 ribu siswa di Yordania, Lebanon, dan Turki telah memutuskan untuk keluar dari sekolah karena alasan ini.