Find Us On Social Media :

Aksi Perlawanan Rutin Dikampanyekan, Mengapa Kekerasan seksual terhadap Anak Masih Saja Terjadi?

By Ade Sulaeman, Sabtu, 10 Oktober 2015 | 16:30 WIB

Aksi Perlawanan Rutin Dikampanyekan, Mengapa Kekerasan seksual terhadap Anak Masih Saja Terjadi?

Intisari-Online.com - Meski aksi perlawanan rutin dikampanyekan, kekerasan seksual terhadap anak dinilai tidak mengalami penurunan. Bahkan, trennya dianggap cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Pertanyaan itu terlontar dalam pertemuan yang dilakukan sejumlah gerakan dan komunitas peduli anak di Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jakarta, Jumat (9/10/2015).

"Kenapa masalah ini masih ada? Bukan berkurang, tapi malah bertambah," kata wakil dari Kaukus Perempuan Politik Indonesia, Sheri Sada Manaf.

Sejumlah perwakilan dari gerakan dan komunitas peduli anak memiliki pendapat beragam menyikapi hal tersebut.

Perwakilan dari Pusat Advokasi Hukum dan HAM (PAHAM) Helmi Al Jufri menyebut semakin maraknya kekerasan seksual terhadap tidak lepas dari semakin mudahnya masyarakat mengakses konten pornografi yang ada di internet.

Ia menilai perlu tindakan dari pemerintah untuk menyaring hal tersebut. Bila tidak, Helmi mengkhawatirkan tren kekerasan seksual terhadap anak akan terus berlanjut.

"Kalau bahaya laten generasi cyber ini tidak difilter, bukan tidak mungkin beberapa tahun lagi istilah pelecehan seksual tidak ada lagi. Dan, perlu kebijakan strategis jangka panjang agar saat KPAI ganti komisioner, kebijakannya tetap jalan," ujar dia.

Sementara itu, perwakilan dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Muhammad Khoirul Huda, menilai masih berulangnya kasus kekerasan seksual terhadap anak merupakan akibat belum adanya sanksi yang tegas terhadap pelakunya.

"Belum ada sanksi hukum terhadap pelaku kekerasan anak yang dapat menimbulkan efek jera," kata Khoirul.

Sebagai informasi, kasus kekerasan seksual terhadap anak sudah kerap terjadi. Kasus terbaru adalah pembunuhan dan kekerasan seksual terhadap PNF, bocah perempuan asal Kalideres, Jakarta Barat.

Pembunuhan terhadap PNF terungkap dari ditemukannya jasad bocah berusia 9 tahun itu dalam kardus pada 3 Oktober 2015 di pinggir Jalan Sahabat, Kamal, tak jauh dari kediamannya. Saat ditemukan, jasad PNF dalam kondisi terikat. Kasus ini dalam pengusutan pihak kepolisian.

(Alsadad Rudi/kompas.com)