Find Us On Social Media :

Rossi Vs Marquez: Marah Boleh, Destruktif Jangan

By Moh Habib Asyhad, Senin, 26 Oktober 2015 | 15:00 WIB

Rossi Vs Marquez: Marah Boleh, Destruktif Jangan

Intisari-Online.com - Orang bijak pernah berkata: kemarahan tak akan menyelesaikan apa pun. Alih-alih menjadi solusi positif, marah terkadang justru bisa dianggap sebagai sesuatu yang dapat merusak dan membahayakan. Ibaratnya, marah boleh destruktif jangan. Begitu juga yang terjadi dengan Valentino Rossi, pebalap MotoGP, yang terlibat crash dengan Marc Marques pada balapan di GP Malaysia, di sirkuit Sepang, Malaysia, Minggu (25/10).

Meskipun Rossi sudah membantah bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan rival sekaligus penggemarnya itu, toh tayangan ulang memperlihatkan ada gerakan pada kaki kiri The Doctor. Tak hanya itu, Race Director juga telah menghukum pria 36 tahun itu; mengindikasikan hahwa Rossilah yang memang bersalah.

Terlepas dari itu semua, banyak yang bilang bahwa kejadian di tikungan ke-14 GP Malaysia itu adalah puncak dari kekesalan Rossi sejak balapan di Philips Island, seminggu sebelumnya. Tapi apakah itu dibenarkan? Tentu saja tidak.

Pertanyaannya, mengapa ia bisa marah? Mengapa kita bisa marah?

Intisari edisi Oktober 2015 memberi jawabannya. “Kemarahan merupakan emosi yang alamiah dan normal yang dimiliki siapa pun,” begitu yang tertulis di artikel yang berjudul “Marah Boleh Destruktif Jangan” itu. Sementara emosi sendiri dibagi menjadu dua kategori: negatif dan positif. Dan kita tahu, marah merupakan salah satu bentuk emosi negatif.

Meski demikian, yang paling penting adalah bagaimana kemarahan kita tidak merusak diri kita, alias bersifat destruktif. Marah itu sejatinya boleh-boleh saja. Bahkan Celia Richardson, direktur komunikasi di Mental Health Foundation, mengatakan bahwa kemarahan merupakan emosi yang penting.

“Kemarahan dapat membuat kita menempatkan sesuatu yang benar, memberi kekuatan, dan memotivasi kita untuk bertindak,” ujar Richardson dalam laman resmi Mentalhealth.org.uk. Intinya adalah bagaimana kita mengelola kemarahan itu menjadi lebih baik, lebih jinak. Jangan sampai kemarahan kita itu justru mencelakakan kita.

Begitulah yang terjadi dengan dengan Valentino Rossi. Ia marah dan akhirnya terjadilah senggolan itu. Alih-alih menjaga persaingannya untuk menjadi juara di MotoGP 2015 dan menyelesaikan masalahnya, ulah Rossi “menendang” Marquez justru berbuntut panjang. Beberapa pebalap menyebut hormat kepadanya mulai memudar, lebih dari itu, kansnya untuk menjadi juara semakin tertutup.

-- 

Baca penjelasan lengkap mengenai anger management di Intisari edisi Oktober 2015 yang dapat dibaca dalam bentuk digital atau Emagazine melalui: SCOOP  dan Wayang Force