Rossi Vs Marquez: Kemarahan Itu Sebaiknya Dilampiaskan atau Dipendam?

Ade Sulaeman

Penulis

Rossi Vs Marquez: Kemarahan Itu Sebaiknya Dilampiaskan atau Dipendam?

Intisari-Online.com - Semua respons marah seperti yang dilakukan Valentino Rossi (Movistar Yamaha) terhadap Marc Marquez (Repsol Honda) di Sirkuit Sepang, Malaysia, terkadang dianggap wajar. Tapi benarkah kemarahan harus selalu dilampiaskan? Atau sebaliknya, justru harus dipendam?

Hal ini jika merujuk pada dampak yang akan terjadi jika kemarahan dipendam. Seperti dikutip Dailymail, para ilmuwan di Swedia meneliti 2.755 karyawan laki-laki di kota Stockholm, ibukota Swedia.

Hasilnya ditemukan bahwa orang-orang yang tidak secara terbuka mengungkapkan kemarahannya saat diperlakukan tidak adil di tempat kerja, mereka dua kali lipat lebih berisiko terkena serangan jantung.

Karena pada dasarnya semua efek fisiologis marah di tubuh tetap bekerja, tapi tidak dikeluarkan saja. Julian Halcox, profesor dari Cardiff University bagian kardiologi mengatakan, “Marah dan sikap negatif yang dipendam lama justru akan meningkatkan stres pada sistem kardiovaskular." Jadi menurut Halcox, lebih baik kita menyalurkan emosi negatif tersebut. Tetapi bukan marah setiap saat, ya.

Karena, dalam jangka panjang atau terlalu sering, marah akan menyebabkan masalah pada sistem kardiovaskular kita, yakni berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah. Marah yang sering terjadi bisa menyebabkan denyut jantung yang tidak teratur, karena ruang jantung atas dan bawah tidak bisa lagi bekerja sama dengan baik untuk memompa darah. Kondisi ini dikenal dengan sebutan Fibrilasi Atrium, yang menjadi salah satu penyebab utama stroke dan serangan jantung.

Selain itu, sering marah juga bisa berdampak negatif pada paru-paru. Pada 2012, para ilmuwan di Harvard University, Amerika Serikat, menemukan orang-orang dengan peringkat permusuhan tinggi memiliki kapasitas paru-paru lebih buruk dan meningkatkan risiko masalah pernapasan.

Hal itu disebabkan kondisi organ-ogan tubuh itu sering berada pada kondisi “marah”. Paru-paru seakan dipaksa untuk memiliki kapasitas melebihi biasanya, supaya bisa memenuhi kebutuhan oksigen saat marah. Jika terjadi terus-menerus, tentu saja akan terjadi masalah nantinya.

--

Baca penjelasan lengkap mengenaianger managementyang ditulis olehAxel Natanael NahusulydiIntisariedisi Oktober 2015 yangdapat dibaca dalam bentuk digital atau Emagazine melalui:SCOOPdanWayang Force