Penulis
Intisari-Online.com -Ia adalah jurnalis perempuan pertama di Suriah yang dibunuh oleh ISIS setelah dianggap mengejek kelompok itu di media sosial. Dalam sebuah postingan terakhirnya di Facebook, Ruqia Hassan mengkritisi kebijakan ISIS yang melarang adanya jaringan Wi-Fi di kota Raqqa.
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, ejeka Hassan itu kira-kira begini: “Silakan potong jaringan internet kami, kurir merpati kami tidak akan mengeluh.” Keluarga Hassan sendiri diberi tahu oleh ISIS bahwa Hassan dieksekusi atas tuduhan spionase.
Abu Mohammed, pendiri Raqqa is Being Slaughtered Silently (RBSS)—yang berkonsentrasi pada pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan ISIS—mengunggah kembali cuitan terakhir Hassan.
“Saya di Raqqa dan saya menerima ancaman pembunuhan, dan ketika ISIS (menangkap) saya dan membunuh saya, baiklah, saya memiliki martabat yang lebih baik daripada saya harus hidup di bawah penghinaan ISIS.”
Hassan diyakini sebagai jurnalis kelima—dan jurnalis perempuan pertama di Suriah—yang dilaporkan akan dieksekusi ISIS sejak Oktober tahun lalu. Ia adalah wartawan independen. Di media sosial, ia menggunakan nama alias Nisan Ibrahim, dan postinga terkhirnya di media sosial bertanggal 21 Juli 2015.
Furat al-Wafaa, yang merupakan anggota RBSS, mengatakan kepada Syria Direct bahwa selama ini Hassan rutin meng-cover “semua protes revolusi” dan serangan udara di Raqqa.
Kabar eksekusi Hassan datang beberapa hari setelah ISIS merilis video propaganda tentang lima orang yang dianggap sebagai mata-mata Inggris. Orang-orang itu membicarakan kejahatan yang mereka lakukan—tentu saja dalam versi ISIS—sebelum mereka ditembak mati.
Ahli suara percaya, pria bertopeng yang memegang pistol dalam video tersebut adalah jihadis Siddartha Dhar dari Walthamstow, London Timur, Inggris.(Metro.co.uk)