Find Us On Social Media :

Lika-liku Kuliah Online: Terjaminkah Mengikuti Kuliah Online?

By Tika Anggreni Purba, Selasa, 19 April 2016 | 10:30 WIB

Lika-liku Kuliah Online: Terjaminkah Mengikuti Kuliah Online?

Intisari-Online.com – Harus diakui, jika berbicara tentang kuliah online saat ini, masih ada keraguan dari sebagian orang. Bagaimana kualitasnya? Bagaimana mutu lulusannya? Bagaimana kompetensinya?

Prita Kemal Gani, Founder & Director London School Public Relation (LSPR) Jakarta pun memahami keraguan itu. Namun semua ternyata bisa dipatahkan melalui berbagai fakta yang positif.Saat membangun  perkuliahan online, LSPR mengacu pada sebuah riset di Amerika Serikat tentang perbandingan nilai mahasiswa antara kelas konvensional dan kelas online di Amerika Serikat. Setelah kedua kelompok itu diuji dengan soal yang sama, ternyata nilai mahasiswa kelas online sedikit lebih tinggi dari mahasiswa kelas konvensional.

Fakta itu seakan menjadi pembuktikan bahwa fleksibilitas metode pengajaran kelas online ternyata berdampak positif. Kabarnya, sistem perkuliahan online malah justru sangat ketat untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas.“Kuliah online ini bukan sensasi semata. Kalau tidak serius berkuliah, ya drop out. Semua ada aturan dan standarnya, tegas Direktur Binus Online Learning Jakarta, Dr. E.A. Kuncoro, SE,MM.

Jika dibandingkan dengan kuliah konvensional, jumlah mata kuliah, materi pembelajaran, ujian, dan tugas akhir yang diberikan juga tidak memiliki standar yang berbeda. Kualifikasi mahasiswanya juga terjamin, karena selalu ada seleksi masuk. Karena menggunakan kurikulum pendidikan tinggi pada umumnya, maka kualitas lulusannya juga tidak berbeda dengan mahasiswa biasa.   

Menariknya, materi belajar untuk mahasiwa justru semakin terjamin kualitasnya. Sebab, dosen online biasanya harus bekerja lebih ekstra. Maklum, mereka harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk shooting, mempersiapkan animasi sebagai pengganti papan tulis, serta memberi banyak referensi e-book.

Meski sekilas proses belajarnya fleksibel, namun hal itu justru membuat mahasiswa harus belajar keras dan memotivasi diri agar tidak lengah serta melewatkan kelas mata kuliahnya. “Mahasiswa harus punya effort yang lebih besar kalau mau lulus tepat waktu,” kata Prita mengingatkan.

Selain minat dan niat yang besar, manajemen waktu untuk belajar juga sangat penting. Karena materi perkuliahan memiliki jangka waktu saat terpasang di LMS. Hal ini sengaja dibuat agar mahasiswa berdisiplin mengikuti proses perkuliahan.

Sama seperti kuliah konvensional, jika tidak memenuhi standar kehadiran, tugas, diskusi kelompok, keaktifan di kelas, dan ujian, maka mahasiswa bisa gagal dan harus mengulang di semester berikutnya. Ada batas waktu studi yang sama seperti Program Sarjana biasa yakni tujuh tahun.

Bagaimana? Tertarik untuk mencoba?