Find Us On Social Media :

Belajar Ilmu Strategi dari Jenderal Prusia Gottfried von Clausewitz (2)

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 1 Juli 2016 | 16:30 WIB

Belajar Ilmu Strategi dari Jenderal Prusia Gottfried von Clausewitz (2)

Intisari-Online.com - Bagi mereka yang kepingin belajar ilmu strategi, nama Carl von Clausewitz tak bisa dikesampingkan. Namanya begitu berpengaruh, terlebih di dunia Barat. Bukunya On War menjadi dsar pemikiran bagi banyak ahli strategi. Yuk belajar ilmu strategi dari Sang Jenderal Prussia.

Salah satu pernyataan yang kemudian menjadi amat legendaris dari Carl von Clausewitz adalah bahwa “political will” atau keinginan politiklah yang menjadi penggerak peperangan. Maka kemudian Clausewitz menyimpulkan bahwa semakin besar keinginan-keinginan politik ini maka semakin besar pula intensitas perang yang terjadi, dan begitu pula sebaliknya.

Ketika keinginan politik ini melemah, maka intensitas peperangan juga berkurang. Akan tetapi, dalam beberapa kasus, dimana keinginan politik sudah amat besar, ternyata perang masih belum terjadi. Clausewitz tidak melihat hal ini seperti apa yang pandang Sun Tzu sebagai strategi untuk menang tanpa bertarung. Clausewitz justru memandang bahwa jeda maupun gencatan senjata dalam peperangan hanyalah aksi dari pihak-pihak yang terlibat dalam perang untuk menunggu momen yang tepat untuk menyerang.

Clausewitz mengartikan strategi sebagai “The employment of the battle as the means towards the attainment of the object of the War”. Hal tersebut mengartikan bahwa strategi adalah penggunaan pertempuran sebagai cara memperoleh tujuan-tujuan perang. Penyusunan cara-cara bertempur untuk dapat memperoleh tujuan-tujuan.

Dalam perang, seorang Jenderal atau Panglima tidak harus punya kemampuan teknis yang kuat melainkan daya berpikir dan kekuatan keinginan yang kuat. Karena kalau ia tidak memiliki keduanya, maka ia akan terombang-ambing dan tidak bisa memutuskan strategi mana yang akan digunakan.

Ada tiga kekuatan moral yang dipandang Clausewitz amat penting dalam penyusunan strategi dan peperangan. Pertama adalah kemampuan dari komandan perang. Namun, Clausewitz menekankan bahwa kemampuan ini merupakan bakat dan tidak dimiliki oleh semua orang. Oleh karena itu ia tidak begitu dalam membahas masalah ini. Hal yang lebih penting menurut Clausewitz adalah dua kekuatan lainnya yakni nilai-nilai militer dari pasukan dan perasaan nasionalisme dari seluruh elemen.

Salah satu kekuatan moral yang penting lainnya adalah ‘boldness’ atau rasa tak kenal takut (nekat) dan sedikit memberontak. Dalam hal strategi perang, Clausewitz amat menekankan hal ini walaupun ia mengingatkan bahwa rasa nekat ini tidak boleh sampai pada aksi menentang perintah atau ketidaktaatan.

Seperti yang diungkapkan Clausewitz, dalam perang tidak ada yang lebih penting daripada loyalitas dan ketaatan. Oleh karenanya, ia menempatkan ‘boldness’ ini pada level tinggi dan hanya bisa digunakan perwira-perwira tinggi. Clausewitz benar-benar menghargai kekuatan dari rasa tak kenal takut atau nekat ini, karena ia menilai kekuatan ini adalah kekuatan para pahlawan.

Sumbangan Clausewitz dalam studi strategis mampu membuka cakrawala baru dalam studi strategis ini. Tidaklah mengherankan ketika pemikiran-pemikiran Clausewitz kemudian banyak diadopsi oleh ahli-ahli strategi baik militer maupun non-militer di negara-negara Barat.